Sebelumnya → Hijrah Rasa (4)
Hari pertama MOS, Qia berasa menjadi artis sinetron. Bertemu dua cowok cakep, berkharisma, tapi sakura. Satu lagi, cakep juga, receh, sedikit agresif, tapi ramah.
Sekembali dari ruang OSIS, tujuan Qia hanya kembali ke kelas di mana soulfriend-nya berada. Kepalanya penuh dengan nasihat yang nanti akan dilontarkan ke pada sang teman, tak peduli nanti ada gege-gege itu.
Namun, di tengah lorong, gadis yang sedang manyun karena masih kesal pada si ketos itu dicegat oleh Angga.
"Sendirian aja, Neng?" Sapanya sengan senyum pepsodent.
"Gak, sama bayangan." Jawaban Qia kenapa selalu ngasal, sih? Tawa Angga berderai seketika.
"Maksudnya, kenapa gak sama Diky?"
Qia tidak berniat sedikitpun untuk menghentikan langkahnya, sekalipun untuk sekedar berbasa-basi dengan senior itu. Maka, Angga terpaksa mensejajarkan langkahnya.
"Kenapa harus sama dia?" Barulah Qia berhenti mendengar pertanyaan aneh dari Angga. Maksudnya apa?
Kening Qia begitu berkerut tanda tidak mengerti, juga sebagai tuntutan maksud dari pertanyaan Angga.
"Ah, gak. Tadinya aku pikir kamu bakal disandera sama Diky." jawab Angga cengengesan. Gawat banget tatapan Qia itu memang, bisa membuat cowok playboy seperti Angga salah tingkah.
"Disandera? Mana berani dia." Respon Qia sama sekali tak terbayangkan oleh Angga. Pasalnya, siapa sih, yang berani menantang si ketos yang rada songong tapi tidak pernah salah itu? Tidak ada. Bahkan, gurupun menaruh hormat padanya.
Nyatanya, memang Qia saat ini tidak bersama dia. Kalau memang cewek ini sudah ditandainya, harusnya mereka sedang bersama. Apa, jangan-jangan Diky tidak jadi menjadikan Qia targetnya? Kesempatan, nih. Batin Angga yang masih mengikuti langkah Qia di belakangnya.
"Lho, Qi, kirain kamu sama kak Diky." Heran Gita saat tampak Qia datang diikuti oleh Angga.
"Iya, tadi. Kesel, aku tuh."
Qia memilih berdiri di samping Gita yang lagi duduk di taman depan kelas bersama Gema. Gita yakin, ini cewek nanit tidak sadar ada Angga mengikutinya.
"Kak Angga, ada perlu sama Qia?"
"Lho, kakak masih ngikutin? Kupikir udah pergi tadi?"
Benar 'kan dugaan Gita. Lihat saja, setelah ini, tuh senior bakal terdiam dibuatnya.
"Jangan lagi pernah jalan di belakang cewek, Kak. Bisa jadi fitnah. Kalau memang harus berjalan berdua dengan perempuan, kamunya jalan di depan. Lagian, kakak gak ada kerjaan gitu kenapa sampai ngikutin aku?"
"Oh, eh, anu ... aku mau ke sana, kok." Menutupi sikapnya yang tiba-tiba aneh, Angga memilih beranjak setelah mendapat kultum dari Qiara. Gagal masuk hitungan deh, Angga.
◆◆◆
Hari pertama MOS, Qia berasa menjadi artis sinetron. Bertemu dua cowok cakep, berkharisma, tapi sakura. Satu lagi, cakep juga, receh, sedikit agresif, tapi ramah.
Sekembali dari ruang OSIS, tujuan Qia hanya kembali ke kelas di mana soulfriend-nya berada. Kepalanya penuh dengan nasihat yang nanti akan dilontarkan ke pada sang teman, tak peduli nanti ada gege-gege itu.
Namun, di tengah lorong, gadis yang sedang manyun karena masih kesal pada si ketos itu dicegat oleh Angga.
"Sendirian aja, Neng?" Sapanya sengan senyum pepsodent.
"Gak, sama bayangan." Jawaban Qia kenapa selalu ngasal, sih? Tawa Angga berderai seketika.
"Maksudnya, kenapa gak sama Diky?"
Qia tidak berniat sedikitpun untuk menghentikan langkahnya, sekalipun untuk sekedar berbasa-basi dengan senior itu. Maka, Angga terpaksa mensejajarkan langkahnya.
"Kenapa harus sama dia?" Barulah Qia berhenti mendengar pertanyaan aneh dari Angga. Maksudnya apa?
Kening Qia begitu berkerut tanda tidak mengerti, juga sebagai tuntutan maksud dari pertanyaan Angga.
"Ah, gak. Tadinya aku pikir kamu bakal disandera sama Diky." jawab Angga cengengesan. Gawat banget tatapan Qia itu memang, bisa membuat cowok playboy seperti Angga salah tingkah.
"Disandera? Mana berani dia." Respon Qia sama sekali tak terbayangkan oleh Angga. Pasalnya, siapa sih, yang berani menantang si ketos yang rada songong tapi tidak pernah salah itu? Tidak ada. Bahkan, gurupun menaruh hormat padanya.
Nyatanya, memang Qia saat ini tidak bersama dia. Kalau memang cewek ini sudah ditandainya, harusnya mereka sedang bersama. Apa, jangan-jangan Diky tidak jadi menjadikan Qia targetnya? Kesempatan, nih. Batin Angga yang masih mengikuti langkah Qia di belakangnya.
"Lho, Qi, kirain kamu sama kak Diky." Heran Gita saat tampak Qia datang diikuti oleh Angga.
"Iya, tadi. Kesel, aku tuh."
Qia memilih berdiri di samping Gita yang lagi duduk di taman depan kelas bersama Gema. Gita yakin, ini cewek nanit tidak sadar ada Angga mengikutinya.
"Kak Angga, ada perlu sama Qia?"
"Lho, kakak masih ngikutin? Kupikir udah pergi tadi?"
Benar 'kan dugaan Gita. Lihat saja, setelah ini, tuh senior bakal terdiam dibuatnya.
"Jangan lagi pernah jalan di belakang cewek, Kak. Bisa jadi fitnah. Kalau memang harus berjalan berdua dengan perempuan, kamunya jalan di depan. Lagian, kakak gak ada kerjaan gitu kenapa sampai ngikutin aku?"
"Oh, eh, anu ... aku mau ke sana, kok." Menutupi sikapnya yang tiba-tiba aneh, Angga memilih beranjak setelah mendapat kultum dari Qiara. Gagal masuk hitungan deh, Angga.
Komentar
Posting Komentar
Komentar darimu membangun Imajinasiku