"Ingat ya, Nak, hati-hati dan jangan tergesa-gesa."
Nasehat ini selalu disampaikan Mama saat Nia akan pergi sekolah. Nia, gadis kecil yang bersekolah di taman kanak-kanak itu, memang sedikit ceroboh.
"Oke, Mama," jawab Nia semangat.
"Jawaban yang bagus itu, Insyaallah, Sayang."
"Eh, iya, lupa. Insyaallah, Mama." Nia memperbaiki jawabannya sesuai yang diingatkan Mama. "Nia berangkat dulu ya, Ma. Assalammualaikum," pamit Nia kemudian.
Sesampai di sekolah, Nia melihat teman-temannya sedang berkumpul di belakang kelas. Nia penasaran, ada apa di sana? Kenapa teman-teman melihat ke dinding belakang?
Nia pun berlari cepat ke arah teman-teman berkumpul, tetapi ia tidak melihat ada salah satu tas milik temannya tergeletak di lantai. Gadis berhijab kecil itu lupa akan pesan Mamanya. Tanpa memperhatikan langkahnya, Nia tersandung. Dia menubruk teman-temannya yang ternyata sedang melihat gambar yang baru saja ditempel guru di dinding belakang kelas.
Seketika, suasana kelas menjadi ribut. Ada yang berteriak kaget, ada juga yang merintih kesakitan. Nia yang terjatuh langsung berdiri dan segera meminta maaf. Dia juga menolong teman-temannya yang terjatuh, padahal tangan dan kakinya juga terasa perih.
"Maaf, ya, teman-teman. Aku gak sengaja," sesal Nia sambil menolong Luna berdiri.
"Kamu pasti gak hati-hati Nia. Sakit tau!" Dio terlihat kesal kepada Nia.
"Iya, kakiku tersandung. Maaf, ya, Dio." Nia menunduk merasa bersalah. Dia memang tidak hati-hati dan tergesa-gesa ingin cepat sampai.
"Sakit, ya? Maaf, ya ...." Mata kecil itu terlihat berkaca-kaca. Selain tangan dan kakinya yang perih, Nia takut tidak ada yang ingin bermain bersamanya lagi.
"Gak apa-apa, kok, Nia," jawab Luna tersenyum.
Ternyata tidak semua teman yang marah padanya, karena Nia segera minta maaf atas kesalahan yang dia perbuat.
Nia membalas tersenyum dan mengucapkan terima kasih, karena teman-teman sudah memaafkannya.
Nia memang bisa jadi ceroboh kalau menginginkan sesuatu. Sebelum mendapatkannya, Nia tidak bisa tenang, sehingga membuat dia terburu-buru. Seringkali sikap terburu-burunya membuat Nia lupa hati-hati.
Kejadian tadi pagi, membuat Nia berjanji dalam hati untuk tidak tergesa-gesa lagi. Siang ini, saat jam istirahat, Nia berhasil menepati janjinya sendiri.
"Aku punya buku baru, nih," ujar Fatimah sambil mengeluarkan buku yang banyak warna dari dalam tasnya.
"Buku apa, Fatimah?" tanya Luna tampak penasaran.
"Tentang perempuan yang menjadi bidadari surga," jawab Fatimah dengan wajah berbinar menunjukkan isi buku.
Nia yang sedang mencuci tangan di westafel, tidak jauh dari tempat duduk Luna dan Fatimah, mendengar percakapan mereka. Nia segera menyelesaikan cuci tangannya, dan hampir terburu-buru mendekati dua temannya itu.
Segera, Nia melambatkan langkahnya ketika ingat tidak akan lagi buru-buru dan harus hati-hati. Namun, sikapnya yang tadi sempat buru-buru sedikit menyenggol botol minum miliknya yang terletak di tepi meja. Botol minum itu hampir saja jatuh ke baju Fatimah saat Nia memegangi botol air tersebut.
"Maaf Fatimah, kamu gak basah 'kan?" tanya Nia sambil menutup tempat minumnya.
"Gak, kok, Nia," jawab Fatimah tersenyum.
"Syukurlah," hatur Nia lega. "Aku mau lihat buku barumu, boleh, Fatimah?"
"Boleh, kok. Yuk, kita baca sama-sama." Fatimah memberi ruang untuk Nia agar bisa duduk di dekat Fatimah.
"Terima kasih banyak," balas Nia lagi.
Teman-teman Nia sudah tahu, kalau temannya yang periang ini sering melakukan kesalahan karena ceroboh. Hanya saja, mereka tidak pernah marah pada Nia, karena Nia selalu meminta maaf saat bersalah, dan mengucapkan terima kasih jika sudah ditolong.
Nasehat ini selalu disampaikan Mama saat Nia akan pergi sekolah. Nia, gadis kecil yang bersekolah di taman kanak-kanak itu, memang sedikit ceroboh.
"Oke, Mama," jawab Nia semangat.
"Jawaban yang bagus itu, Insyaallah, Sayang."
"Eh, iya, lupa. Insyaallah, Mama." Nia memperbaiki jawabannya sesuai yang diingatkan Mama. "Nia berangkat dulu ya, Ma. Assalammualaikum," pamit Nia kemudian.
Sesampai di sekolah, Nia melihat teman-temannya sedang berkumpul di belakang kelas. Nia penasaran, ada apa di sana? Kenapa teman-teman melihat ke dinding belakang?
Nia pun berlari cepat ke arah teman-teman berkumpul, tetapi ia tidak melihat ada salah satu tas milik temannya tergeletak di lantai. Gadis berhijab kecil itu lupa akan pesan Mamanya. Tanpa memperhatikan langkahnya, Nia tersandung. Dia menubruk teman-temannya yang ternyata sedang melihat gambar yang baru saja ditempel guru di dinding belakang kelas.
Seketika, suasana kelas menjadi ribut. Ada yang berteriak kaget, ada juga yang merintih kesakitan. Nia yang terjatuh langsung berdiri dan segera meminta maaf. Dia juga menolong teman-temannya yang terjatuh, padahal tangan dan kakinya juga terasa perih.
"Maaf, ya, teman-teman. Aku gak sengaja," sesal Nia sambil menolong Luna berdiri.
"Kamu pasti gak hati-hati Nia. Sakit tau!" Dio terlihat kesal kepada Nia.
"Iya, kakiku tersandung. Maaf, ya, Dio." Nia menunduk merasa bersalah. Dia memang tidak hati-hati dan tergesa-gesa ingin cepat sampai.
"Sakit, ya? Maaf, ya ...." Mata kecil itu terlihat berkaca-kaca. Selain tangan dan kakinya yang perih, Nia takut tidak ada yang ingin bermain bersamanya lagi.
"Gak apa-apa, kok, Nia," jawab Luna tersenyum.
Ternyata tidak semua teman yang marah padanya, karena Nia segera minta maaf atas kesalahan yang dia perbuat.
Nia membalas tersenyum dan mengucapkan terima kasih, karena teman-teman sudah memaafkannya.
Nia memang bisa jadi ceroboh kalau menginginkan sesuatu. Sebelum mendapatkannya, Nia tidak bisa tenang, sehingga membuat dia terburu-buru. Seringkali sikap terburu-burunya membuat Nia lupa hati-hati.
Kejadian tadi pagi, membuat Nia berjanji dalam hati untuk tidak tergesa-gesa lagi. Siang ini, saat jam istirahat, Nia berhasil menepati janjinya sendiri.
"Aku punya buku baru, nih," ujar Fatimah sambil mengeluarkan buku yang banyak warna dari dalam tasnya.
"Buku apa, Fatimah?" tanya Luna tampak penasaran.
"Tentang perempuan yang menjadi bidadari surga," jawab Fatimah dengan wajah berbinar menunjukkan isi buku.
Nia yang sedang mencuci tangan di westafel, tidak jauh dari tempat duduk Luna dan Fatimah, mendengar percakapan mereka. Nia segera menyelesaikan cuci tangannya, dan hampir terburu-buru mendekati dua temannya itu.
Segera, Nia melambatkan langkahnya ketika ingat tidak akan lagi buru-buru dan harus hati-hati. Namun, sikapnya yang tadi sempat buru-buru sedikit menyenggol botol minum miliknya yang terletak di tepi meja. Botol minum itu hampir saja jatuh ke baju Fatimah saat Nia memegangi botol air tersebut.
"Maaf Fatimah, kamu gak basah 'kan?" tanya Nia sambil menutup tempat minumnya.
"Gak, kok, Nia," jawab Fatimah tersenyum.
"Syukurlah," hatur Nia lega. "Aku mau lihat buku barumu, boleh, Fatimah?"
"Boleh, kok. Yuk, kita baca sama-sama." Fatimah memberi ruang untuk Nia agar bisa duduk di dekat Fatimah.
"Terima kasih banyak," balas Nia lagi.
Teman-teman Nia sudah tahu, kalau temannya yang periang ini sering melakukan kesalahan karena ceroboh. Hanya saja, mereka tidak pernah marah pada Nia, karena Nia selalu meminta maaf saat bersalah, dan mengucapkan terima kasih jika sudah ditolong.
Komentar
Posting Komentar
Komentar darimu membangun Imajinasiku