Sepekan menulis setiap hari, menyadarkanku beberapa hal. Entah itu tentang menulis itu sendiri, tentang suatu rasa, atau ... tentang cinta kita. Eaa ....
Tidak ada paksaan dari pihak manapun dalam tantangan menulis setiap hari ini. Semata hanya ingin menguji diri sendiri, 'sampai dimana kemampuanku?', selain memang ingin mendapatkan badge "You are outstanding" dari Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP).
Ternyata menulis bebas setiap hari, membuat jiwa terasa sedikit lapang, bebas? Hmm ... apa, ya, kata yang cocok? Intinya, rasa-rasa yang memberatkan kepala tidak terlalu mendominasi. Ini mungkin, ya, yang dikatakan para psikolog "menulis sebagai terapi jiwa".
Dengan menulis sepekan kemarin, yang tanpa tema dan tujuan, meyadarkanku "cobalah menulis yang menginspirasi". Niatnya juga demikian, hanya saja menulis saat ini sangat tertantang, karena keadaan. Bisa bayangkan, ketika sedang asik menulis, tiga suara khas anak balita menjadi backsound? Pikiran dan ide yang sedang kompak, lalu muncul backsound yang tidak mendukung. Byar ... ambyar sudah featuring tadi.
Sangat beda jika menulis dalam keadaan tenang, ditemani bayu yang sepoi-sepoi di bawah daun jendela kamar --walaupun kadang tercium bau-bau yang menyertai--. Tulisan itupun terasa feelnya ketika dibaca ulang.
Itulah yang terjadi sepekan kemarin. Ada saat ketika feel dapat tapi situasi tidak dapat. Akhirnya menulis sekedar menuaikan janji pada diri sendiri. Mencoba menjadi cinderella, yang ada mata tidak memotivasi. Alhasil, seperti semalam, hanya menulis quote.
Begitu besar keinginan untuk kembali merevisi tulisan-tulisan sepekan lalu. Namun, kemudian terfikir, "gak usahlah. Jadikan bukti aja, kalau pernah melakukan kesalahan ketika menulis. Bisa juga untuk tidak mengulang menulis yang ala kadarnya itu --tanpa makna--."
Demikian juga dalam menjalani hari. Yang kemarin, tidak usah diungkit lagi, dijadikan pelajaran saja agar tidak diulang di esok hari. Seperti Allah yang juga selalu memberi kesempatan untuk kita agar terus dan terus istighfar agar tidak melakukan dosa yang sama.
Jadi, intinya apa? Menulislah sesukamu. Setelahnya, jadikan tujuanmu. Kemudian, lanjut sebagai amalmu, self reminder dan menginspirasi.
Tidak ada paksaan dari pihak manapun dalam tantangan menulis setiap hari ini. Semata hanya ingin menguji diri sendiri, 'sampai dimana kemampuanku?', selain memang ingin mendapatkan badge "You are outstanding" dari Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP).
Ternyata menulis bebas setiap hari, membuat jiwa terasa sedikit lapang, bebas? Hmm ... apa, ya, kata yang cocok? Intinya, rasa-rasa yang memberatkan kepala tidak terlalu mendominasi. Ini mungkin, ya, yang dikatakan para psikolog "menulis sebagai terapi jiwa".
Dengan menulis sepekan kemarin, yang tanpa tema dan tujuan, meyadarkanku "cobalah menulis yang menginspirasi". Niatnya juga demikian, hanya saja menulis saat ini sangat tertantang, karena keadaan. Bisa bayangkan, ketika sedang asik menulis, tiga suara khas anak balita menjadi backsound? Pikiran dan ide yang sedang kompak, lalu muncul backsound yang tidak mendukung. Byar ... ambyar sudah featuring tadi.
Sangat beda jika menulis dalam keadaan tenang, ditemani bayu yang sepoi-sepoi di bawah daun jendela kamar --walaupun kadang tercium bau-bau yang menyertai--. Tulisan itupun terasa feelnya ketika dibaca ulang.
Itulah yang terjadi sepekan kemarin. Ada saat ketika feel dapat tapi situasi tidak dapat. Akhirnya menulis sekedar menuaikan janji pada diri sendiri. Mencoba menjadi cinderella, yang ada mata tidak memotivasi. Alhasil, seperti semalam, hanya menulis quote.
Begitu besar keinginan untuk kembali merevisi tulisan-tulisan sepekan lalu. Namun, kemudian terfikir, "gak usahlah. Jadikan bukti aja, kalau pernah melakukan kesalahan ketika menulis. Bisa juga untuk tidak mengulang menulis yang ala kadarnya itu --tanpa makna--."
Demikian juga dalam menjalani hari. Yang kemarin, tidak usah diungkit lagi, dijadikan pelajaran saja agar tidak diulang di esok hari. Seperti Allah yang juga selalu memberi kesempatan untuk kita agar terus dan terus istighfar agar tidak melakukan dosa yang sama.
Jadi, intinya apa? Menulislah sesukamu. Setelahnya, jadikan tujuanmu. Kemudian, lanjut sebagai amalmu, self reminder dan menginspirasi.
Komentar
Posting Komentar
Komentar darimu membangun Imajinasiku