Sebagian orang, mungkin tidak terlalu peduli pada waktu yang telah berlalu. Namun, tidak sedikit yang masih mengenangnya. Entah itu manis, atau pahit. Jika itu manis, tentunya akan menciptakan sebuah rindu. Kalau itu pahit, yang ada adalah sebongkah penyesalan.
Rindu itu ... seolah menjerat hati agar menetap seperti dulu, jangan berganti. Lain dengan penyesalan, bagaimana hati ingin melenyapkan segala dosa. Rasanya tidak cukup hanya dibayar dengan doa. Benar yang dikatakan seorang bijak agama, "menyesallah sekarang, jangan tunggu hari pembelasan, baru ada rasa sesal. Tidak akan berguna!"
Sebagai seorang istri dan juga masih berstatus anak, seringkali memori-memori itu muncul di saat hati merasa baper. Dalam kurun waktu yang singkat, seolah cerita dipangkas oleh penulisnya. Baru memulai, langsung terjadi klimaks, tanpa ada penjelasan. Terkejut.
Begitulah adanya, jika menikah tidak didahului dengan ilmu. Selama ini, mata dan pikiran hanya tertuju pada sekitar, "oh ... berumah tangga itu kayak gitu aja." Tanpa mempersiapkan kejutan hidup yang telah diatur-Nya. Lalu, apa yang terjadi? Kehilangan. Penyesalan, dan rindu. Bahagia, tentu saja. Ada yang menemani hingga nanti.
Ini tentang mereka yang telah memberi cinta melebihi cinta semenjak diri berbentuk segumpal daging. Perhatian dan tulusnya kasih sayang seorang Papa dan Mama, yang dulunya dianggap, banyak aturan, dikekang, dan sebagainya. Kini baru terasa.
Pertengakaran, bulian, keributan yang terjadi setiap anggota keluarga berkumpul. Rindu itu, selalu ada.
Permintaan tolong dari mulut Papa dan Mama, yang diacuhkan, merasa kesal karena dianggap mengganggu. Sedikitpun dulu tidak terfikirkan, untuk membalas jasa mereka saat itu juga --walaupun tidak akan pernah terbalas sekalipun dengan intan permata--. Baru sekarang membatin, "bagaimana cara membuat mereka bahagia? Sementara di sini, kaki-tangan terikat".
Tiada lagi yang bisa dipersembahkan selain doa untuk yang terkasih. Ingin berandai --ingat pesan Rasulullah-- tapi tidak boleh. Lakukan yang terbaik.
Dibalik semua kejutan itu, begitu banyak pelajaran yang sangat berharga diselipkan-Nya. Karena setiap hari itu adalah kejutan dari-Nya, tergantung pada diri sendiri, bagaimana memaknai setiap fase kehidupan yang telah terjadi. Tentunya dengan hati yang selalu bersyukur, yang selalu ingat dosa, beristighfar, agar penyesalan itu muncul setiap saat, sebelum semua diperhitungkan-Nya.
Rindu itu ... seolah menjerat hati agar menetap seperti dulu, jangan berganti. Lain dengan penyesalan, bagaimana hati ingin melenyapkan segala dosa. Rasanya tidak cukup hanya dibayar dengan doa. Benar yang dikatakan seorang bijak agama, "menyesallah sekarang, jangan tunggu hari pembelasan, baru ada rasa sesal. Tidak akan berguna!"
Sebagai seorang istri dan juga masih berstatus anak, seringkali memori-memori itu muncul di saat hati merasa baper. Dalam kurun waktu yang singkat, seolah cerita dipangkas oleh penulisnya. Baru memulai, langsung terjadi klimaks, tanpa ada penjelasan. Terkejut.
Begitulah adanya, jika menikah tidak didahului dengan ilmu. Selama ini, mata dan pikiran hanya tertuju pada sekitar, "oh ... berumah tangga itu kayak gitu aja." Tanpa mempersiapkan kejutan hidup yang telah diatur-Nya. Lalu, apa yang terjadi? Kehilangan. Penyesalan, dan rindu. Bahagia, tentu saja. Ada yang menemani hingga nanti.
Ini tentang mereka yang telah memberi cinta melebihi cinta semenjak diri berbentuk segumpal daging. Perhatian dan tulusnya kasih sayang seorang Papa dan Mama, yang dulunya dianggap, banyak aturan, dikekang, dan sebagainya. Kini baru terasa.
Pertengakaran, bulian, keributan yang terjadi setiap anggota keluarga berkumpul. Rindu itu, selalu ada.
Permintaan tolong dari mulut Papa dan Mama, yang diacuhkan, merasa kesal karena dianggap mengganggu. Sedikitpun dulu tidak terfikirkan, untuk membalas jasa mereka saat itu juga --walaupun tidak akan pernah terbalas sekalipun dengan intan permata--. Baru sekarang membatin, "bagaimana cara membuat mereka bahagia? Sementara di sini, kaki-tangan terikat".
Tiada lagi yang bisa dipersembahkan selain doa untuk yang terkasih. Ingin berandai --ingat pesan Rasulullah-- tapi tidak boleh. Lakukan yang terbaik.
Dibalik semua kejutan itu, begitu banyak pelajaran yang sangat berharga diselipkan-Nya. Karena setiap hari itu adalah kejutan dari-Nya, tergantung pada diri sendiri, bagaimana memaknai setiap fase kehidupan yang telah terjadi. Tentunya dengan hati yang selalu bersyukur, yang selalu ingat dosa, beristighfar, agar penyesalan itu muncul setiap saat, sebelum semua diperhitungkan-Nya.
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
Komentar
Posting Komentar
Komentar darimu membangun Imajinasiku