Aku ... tidak seperti lirik-lirik lagu tentang hebatnya seorang ibu atau sabarnya seorang Mama. Aku tidak sebaik itu.
Mulut ini, pernah membentak mereka. Pernah memarahi mereka. Ancamanpun pernah terucap.
Hampir setiap hari menyuruh mereka bertanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan. Padahal, mungkin mereka belum mengerti, atau masih perlu pembiasaan.
Kadang, membiarkan mereka tidak makan, atau tidur siang.
Kadang, membiarkan mereka menonton sepuas keinginannya.
Kadang, memperbolehkan mereka bermain di luar rumah hampir seharian.
Kadang, memberi cokelat atau es saat mereka sedang batuk pilek.
Kemudian, tidak memandikan mereka saat pagi hari.
Kadang, melarang mereka mendekat saat hati sedang tidak menentu.
Mereka tidak pernah balas marah. Hanya ada mata yang berkaca-kaca kemudian air itu jatuh menetes, dan tubuh kecil yang ingin dipeluk.
Aku ... bukanlah seorang ibu yang baik. Bahkan, merasa tidak pantas memiliki mereka yang sangat tulus menyayangiku.
Namun, aku tanpa mereka ... bukanlah apa-apa.
Kaki-kaki kecil itu mengajarkan banyak hal. Memperlihatkan sesuatu yang mengagumkan. Mengingatkan yang sering diacuhkan.
Untuk mereka, aku harus sanggup meredam amarah, mengendalikan diri, harus sabar di atas sabar.
Untuk mereka, aku harus bertahan dengan diriku. Karena merekalah senyum dan bahagiaku. Yang kelak akan mengantarku ke surga.
Karena mereka ... anugerah terindah yang kumiliki.
Mulut ini, pernah membentak mereka. Pernah memarahi mereka. Ancamanpun pernah terucap.
Hampir setiap hari menyuruh mereka bertanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan. Padahal, mungkin mereka belum mengerti, atau masih perlu pembiasaan.
Kadang, membiarkan mereka tidak makan, atau tidur siang.
Kadang, membiarkan mereka menonton sepuas keinginannya.
Kadang, memperbolehkan mereka bermain di luar rumah hampir seharian.
Kadang, memberi cokelat atau es saat mereka sedang batuk pilek.
Kemudian, tidak memandikan mereka saat pagi hari.
Kadang, melarang mereka mendekat saat hati sedang tidak menentu.
Mereka tidak pernah balas marah. Hanya ada mata yang berkaca-kaca kemudian air itu jatuh menetes, dan tubuh kecil yang ingin dipeluk.
Aku ... bukanlah seorang ibu yang baik. Bahkan, merasa tidak pantas memiliki mereka yang sangat tulus menyayangiku.
Namun, aku tanpa mereka ... bukanlah apa-apa.
Kaki-kaki kecil itu mengajarkan banyak hal. Memperlihatkan sesuatu yang mengagumkan. Mengingatkan yang sering diacuhkan.
Untuk mereka, aku harus sanggup meredam amarah, mengendalikan diri, harus sabar di atas sabar.
Untuk mereka, aku harus bertahan dengan diriku. Karena merekalah senyum dan bahagiaku. Yang kelak akan mengantarku ke surga.
Karena mereka ... anugerah terindah yang kumiliki.
🍃🍃🍃
Komentar
Posting Komentar
Komentar darimu membangun Imajinasiku