"Sahabat itu, tanpa dibuat-buat, akan tumbuh chemistry diantara kalian dengan sendirinya. Tanpa diminta, dia akan selalu datang untuk lo. Gak peduli itu saat lo di atas, apalagi di bawah. Bahkan menurut gue, orang yang selalu ada saat lo susah, itu yang sebenarnya sahabat ....
Sahabat itu, yang tidak hanya peduli urusan dunia lo. Tapi yang selalu mengajak lo untuk terus mengingat apa yang tidak boleh dilupakan. Apa coba?"
"Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Right?"
"Pinter. Buat apa punya banyak teman tapi hanya ada saat kita senang? Bahkan mengajak pada kemaksiatan. Berteman itu, selain saling memanfaatkan, yang terpenting dapat menyelamatkan kita di akhirat kelak. Memanfaatkan dalam tanda kutip ya."
" ... "
"Dek, masih nafas 'kan lo?"
"Masih. Gue tiba-tiba ingat seseorang, sikapnya sama kayak yang lo sebutin tadi, Bang. Tapi, selama ini malah gue acuhkan." Suara di seberang terdengar melemah, penuh penyesalan.
"Ya udah, samperin sekarang. Teman yang seperti itu jangan dilepas. Ngemeng-ngemeng, cewek apa cowok?"
"Cewek, lah. Gue gak percaya adanya persahabatan antara cowok dengan cewek, yang ada mah, setan diantaranya. Erami deh tu rasa sampai menetas."
"Lo, ngomongin diri sendiri, Dek?"
"Gue? Emang, gue pernah sahabatan sama cowok?"
"Gak pernah apanya? Itu yang udah datang berkali-kali ke Papa, bukannya sahabat kepompong lo jaman berseragam? Dia nawarin menjadi sahabat hidup until jannah loh, Dek."
" ... "
"Ciee ... yang speechless. Yang pipinya jadi memanas, memerah, jantung bertalu-talu ...."
Klek!
"Heh! dasar Adek gak santun. Main mutusin telpon aja."
[Your received new message. Open now?]
"Malah sms, kenapa gak WA aja coba? Ck! Napa gue jadi nyinyir gini?" Albi geleng-geleng kepala sembari membaca SMS dari saudara perempuannya.
"Tingkyu kata-kata inspiratifnya, Bang. Gue copas untuk ikut event, yak. Hihihii ... Doakan, gue gak salah lagi dalam berteman."
Sahabat itu, yang tidak hanya peduli urusan dunia lo. Tapi yang selalu mengajak lo untuk terus mengingat apa yang tidak boleh dilupakan. Apa coba?"
"Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Right?"
"Pinter. Buat apa punya banyak teman tapi hanya ada saat kita senang? Bahkan mengajak pada kemaksiatan. Berteman itu, selain saling memanfaatkan, yang terpenting dapat menyelamatkan kita di akhirat kelak. Memanfaatkan dalam tanda kutip ya."
" ... "
"Dek, masih nafas 'kan lo?"
"Masih. Gue tiba-tiba ingat seseorang, sikapnya sama kayak yang lo sebutin tadi, Bang. Tapi, selama ini malah gue acuhkan." Suara di seberang terdengar melemah, penuh penyesalan.
"Ya udah, samperin sekarang. Teman yang seperti itu jangan dilepas. Ngemeng-ngemeng, cewek apa cowok?"
"Cewek, lah. Gue gak percaya adanya persahabatan antara cowok dengan cewek, yang ada mah, setan diantaranya. Erami deh tu rasa sampai menetas."
"Lo, ngomongin diri sendiri, Dek?"
"Gue? Emang, gue pernah sahabatan sama cowok?"
"Gak pernah apanya? Itu yang udah datang berkali-kali ke Papa, bukannya sahabat kepompong lo jaman berseragam? Dia nawarin menjadi sahabat hidup until jannah loh, Dek."
" ... "
"Ciee ... yang speechless. Yang pipinya jadi memanas, memerah, jantung bertalu-talu ...."
Klek!
"Heh! dasar Adek gak santun. Main mutusin telpon aja."
[Your received new message. Open now?]
"Malah sms, kenapa gak WA aja coba? Ck! Napa gue jadi nyinyir gini?" Albi geleng-geleng kepala sembari membaca SMS dari saudara perempuannya.
"Tingkyu kata-kata inspiratifnya, Bang. Gue copas untuk ikut event, yak. Hihihii ... Doakan, gue gak salah lagi dalam berteman."
Komentar
Posting Komentar
Komentar darimu membangun Imajinasiku