Jika berbicara apa prioritas di dalam hidup, pastinya Allah dan Rasulullah. Itu adalah prioritas di atas prioritas. Di sini saya--sebagai seseorang yang sangat awam--mencoba sedikit mengulik tentang salah satu prioritas keseharian suami dan istri.
"Sesekali, tolong dong Ayah yang didulukan."
Begitu rengekan suami beberapa hari yang lalu. Ya, saya akui suami jadi yang ke dua setelah kami mempunyai bayi yang ke tiga. Bukan bermaksud tidak mendahulukannya, hanya saja kadang ingin strika baju misalnya, bayi bangun. Kadang ingin memasak cemilan untuk suami, anak-anak minta ini atau itu. Mau mengerjakan malam, lelah keburu datang.
Padahal, kebutuhan suami tidak seberapa dibandingkan anak, tapi malah terkesampingkan. Makanan yang siap disantap, cemilan, baju yang siap untuk dipakai, dan bercinta. Kira-kira hanya itu (mungkin) yang sangat dibutuhkannya.
Bersyukur jika suami tidak pernah menuntut, tapi tidakkah sebagai seorang istri merasa bukan menjadi istri yang sholehah? Ingat, suatu waktu, lelah akan menghampirinya.
Selain anak-anak, orang tua juga bisa sebab jadinya mengesampingkan suami. Misalkan, orang tua ingin kita (istri) bermalam di rumah. Namun, suami tidak ingin karena besok harus kerja. Lalu, keluarlah bujuk rayu dari istri, "Ayah pulangnya duluan aja ya, besok kami nyusul."
Ya, walaupun suami dibekali dengan segala macam makanan, tetap pasti ada yang kurang di hatinya. Bukankah Rasulullah langsung yang mengatakan, "Ketaatan kepada suaminya lebih wajib atas dirinya daripada mengurusi ibunya, kecuali jika suaminya mengizinkannya." (Imam Ahmad, Syarh Muntaha al-Iradat: 3/47)
Begitu banyak sabda Rasulullah yang menyatakan mendahulukan suami dari pada orang tua. Itu hanyalah contoh kecil. Semoga kita dihindarkan dari selisih paham antara orang tua dan suami. Aamiin ....
“Perhatikan sikapmu terhadapnya, karena ia surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al;Targhib wa al-Tarhib, no. 1933)
***
Demikian pula suami, terlepas dari tanggung jawab suami pada ibunya, istri adalah utama dari pada teman. Seringkali istri merasa cemburu saat suami tertawa lepas bersama teman-temannya. Atau, lebih memilih berkumpul bersama teman ketimbang menghabiskan waktu bercakap-cakap bersama istri.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu‘alaihi wa sallam telah bersabda, "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya."
Tidak ada pasangan yang benar-benar cocok dengan sempurna. Yang ada hanyalah pasangan yang memiliki hati luas untuk menerima ketidak-cocokan tersebut.
"Sesekali, tolong dong Ayah yang didulukan."
Begitu rengekan suami beberapa hari yang lalu. Ya, saya akui suami jadi yang ke dua setelah kami mempunyai bayi yang ke tiga. Bukan bermaksud tidak mendahulukannya, hanya saja kadang ingin strika baju misalnya, bayi bangun. Kadang ingin memasak cemilan untuk suami, anak-anak minta ini atau itu. Mau mengerjakan malam, lelah keburu datang.
Padahal, kebutuhan suami tidak seberapa dibandingkan anak, tapi malah terkesampingkan. Makanan yang siap disantap, cemilan, baju yang siap untuk dipakai, dan bercinta. Kira-kira hanya itu (mungkin) yang sangat dibutuhkannya.
Bersyukur jika suami tidak pernah menuntut, tapi tidakkah sebagai seorang istri merasa bukan menjadi istri yang sholehah? Ingat, suatu waktu, lelah akan menghampirinya.
Selain anak-anak, orang tua juga bisa sebab jadinya mengesampingkan suami. Misalkan, orang tua ingin kita (istri) bermalam di rumah. Namun, suami tidak ingin karena besok harus kerja. Lalu, keluarlah bujuk rayu dari istri, "Ayah pulangnya duluan aja ya, besok kami nyusul."
Ya, walaupun suami dibekali dengan segala macam makanan, tetap pasti ada yang kurang di hatinya. Bukankah Rasulullah langsung yang mengatakan, "Ketaatan kepada suaminya lebih wajib atas dirinya daripada mengurusi ibunya, kecuali jika suaminya mengizinkannya." (Imam Ahmad, Syarh Muntaha al-Iradat: 3/47)
Begitu banyak sabda Rasulullah yang menyatakan mendahulukan suami dari pada orang tua. Itu hanyalah contoh kecil. Semoga kita dihindarkan dari selisih paham antara orang tua dan suami. Aamiin ....
“Perhatikan sikapmu terhadapnya, karena ia surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al;Targhib wa al-Tarhib, no. 1933)
***
Demikian pula suami, terlepas dari tanggung jawab suami pada ibunya, istri adalah utama dari pada teman. Seringkali istri merasa cemburu saat suami tertawa lepas bersama teman-temannya. Atau, lebih memilih berkumpul bersama teman ketimbang menghabiskan waktu bercakap-cakap bersama istri.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu‘alaihi wa sallam telah bersabda, "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya."
Tidak ada pasangan yang benar-benar cocok dengan sempurna. Yang ada hanyalah pasangan yang memiliki hati luas untuk menerima ketidak-cocokan tersebut.
Komentar
Posting Komentar
Komentar darimu membangun Imajinasiku