Langsung ke konten utama

Prioritas

Jika berbicara apa prioritas di dalam hidup, pastinya Allah dan Rasulullah. Itu adalah prioritas di atas prioritas. Di sini saya--sebagai seseorang yang sangat awam--mencoba sedikit mengulik tentang salah satu prioritas keseharian suami dan istri.

"Sesekali, tolong dong Ayah yang didulukan."

Begitu rengekan suami beberapa hari yang lalu. Ya, saya akui suami jadi yang ke dua setelah kami mempunyai bayi yang ke tiga. Bukan bermaksud tidak mendahulukannya, hanya saja kadang ingin strika baju misalnya, bayi bangun. Kadang ingin memasak cemilan untuk suami, anak-anak minta ini atau itu. Mau mengerjakan malam, lelah keburu datang.

Padahal, kebutuhan suami tidak seberapa dibandingkan anak, tapi malah terkesampingkan. Makanan yang siap disantap, cemilan, baju yang siap untuk dipakai, dan bercinta. Kira-kira hanya itu (mungkin) yang sangat dibutuhkannya.

Bersyukur jika suami tidak pernah menuntut, tapi tidakkah sebagai seorang istri merasa bukan menjadi istri yang sholehah? Ingat, suatu waktu, lelah akan menghampirinya.

Selain anak-anak, orang tua juga bisa sebab jadinya mengesampingkan suami. Misalkan, orang tua ingin kita (istri) bermalam di rumah. Namun, suami tidak ingin karena besok harus kerja. Lalu, keluarlah bujuk rayu dari istri, "Ayah pulangnya duluan aja ya, besok kami nyusul."

Ya, walaupun suami dibekali dengan segala macam makanan, tetap pasti ada yang kurang di hatinya. Bukankah Rasulullah langsung yang mengatakan, "Ketaatan kepada suaminya lebih wajib atas dirinya daripada mengurusi ibunya, kecuali jika suaminya mengizinkannya." (Imam Ahmad, Syarh Muntaha al-Iradat: 3/47)

Begitu banyak sabda Rasulullah yang menyatakan mendahulukan suami dari pada orang tua. Itu hanyalah contoh kecil. Semoga kita dihindarkan dari selisih paham antara orang tua dan suami. Aamiin ....

“Perhatikan sikapmu terhadapnya, karena ia surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al;Targhib wa al-Tarhib, no. 1933)

***

Demikian pula suami, terlepas dari tanggung jawab suami pada ibunya, istri adalah utama dari pada teman. Seringkali istri merasa cemburu saat suami tertawa lepas bersama teman-temannya. Atau, lebih memilih berkumpul bersama teman ketimbang menghabiskan waktu bercakap-cakap bersama istri.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu‘alaihi wa sallam telah bersabda, "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya."

Tidak ada pasangan yang benar-benar cocok dengan sempurna. Yang ada hanyalah pasangan yang memiliki hati luas untuk menerima ketidak-cocokan tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

.sungai jambu.

apa yang terfikirkan oleh mu jika membaca judul HARAKA kali ini? kelamaan mikirnya, baca aja cerita HARAKA kali ini tentang "Desa ku yang Permai" hahaha... Sungai Jambu adalah sebuah nama nagari di Batu Sangkar. nagari ini terletak di pinggang gunung Marapi [ketinggian ±700 meter dari permukaan laut] , kecamatan Pariangan, Sumatera Barat. nagari yang sungguh menakjubkan, yakin de siapa pun yang pernah ke sana tak akan pernah bosan dengan alamnya, eksotis banget, Subhanallah sangat [terkagum-kagum]. Sungai Jambu termasuk nagari tertua di Sumatera Barat, dialiri oleh 3 batang sungai dan dilatar belakangi oleh Gunung Marapi . bagaimana zee bisa kenal dengan desa ini? jawabannya adalaaaaahh... taraaaaa... [dasar zee stres] itu kampung halaman zee, hehe... di desa ini mama tercinta dilahirkan dan dibesarkan. nah, bagi yang suka narsis, sampe capek silahkan berfutu-futu ria, tak kan pernah puas. zee aja setiap pulkam ga pernah puas berfutu-futu [ntah apa karna futu grafernya y...

Yang Penting Nulis

Kuingin menulis, tapi tidak tahu apa yang ingin ditulis. Sekadar menulis, meluapkan 2 ribu kata yang sepertinya tidak begitu tersalurkan hari ini. Penting? Penting. Biar rasa-rasa yang tak diperlukan tubuh lepas, puas, bebas. Kuingin menulis. Entah itu tentang hati, hidup, atau umumnya yang dibicarakan. Namun, saat ini hati sedang tidak ingin berpikir. Maka, kutulis saja apa yang dirasa kepala. Walaupun hanya serangkai kalimat, bukan kata-kata yang sarat makna. Kuingin menulis y ang kadang mempunyai makna yang tersirat. Namun, kali ini, aku tidak akan menyiratkan suatu makna dalam tulisan ini. Hanya ingin menulis disaat kutak tau harus berpikir apa. Kata-kataku hanyalah biasan kecil dari hati. Sebuah catatan kecil yang kutulis saat mata harus terpejam untuk menjalani hari esok bersama senyuman. Bersama tawa si Kecil. Bersama kasih darimu. Bersama doa untuk yang tercinta.

Me-review

Lama ingin belajar me-review buku. Cukup buku, kalau film mungkin nanti, saat kiddos gak nempel kayak prangko lagi. Nanti juga dicoba melihat kembali (baca : review) sebuah produk. Ini sekarang baru mau belajar. Belum pernah nulis. Jadi, mau mencatat dan menyimpan ilmu tentang me-review di sini. Me-review dalam bahasa Indonesia ; ulasan, atau komentar? Kira-kira seperti itu, ya. Hehehe. Kemarin tanya-tanya ke senior WaG KLIP, cara me-review buku : coba tulis apa bagusnya atau jeleknya apa yang bikin kita merekomendasikan film/ buku tersebut kalau boleh saran 3 poin ini : 1. yang disukai 2. yang ga disukai 3. plot cerita plot di akhir karena orang-orang toh bisa google sendiri bagaimana jalan ceritanya iya atau bahas karakternya bisa bahas penulisnya juga dan karya-karya sebelomnya, kan kemiripan cara mengakhiri ceritanya Sampai di sana, saya paham tapi belum juga mencoba untuk mereview. Hadehh. Kalau kita search di google, banyak. Namun, di sini, saya hanya ...