Membaca buku parenting memang menjadikan kita sebagai sosok parenthink. Sebagian besar, tulisan atau seminar tentang cara mendidik anak, adalah menyadarkan sikap-sikap dan sifat-sifat kita sebagai orang tua terhadap anak.
Seringkali setelah membaca atau mendengar tentang pendidikan anak kita berkomentar, "iya ya, benar banget, nih".
Selanjutnya, terserah kita mau mengamalkannya atau cuek saja, tetap dengan kebiasaan, yang penting nyaman. Susah memang, di sini kembali ke diri orang tua, sanggup tidak menahan diri terhadap anak? Jawaban sebenarnya HARUS sanggup, atau akan ada rasa sesal dikemudian hari.
Nah, salah satu yang membuat saya menahan diri untuk tidak mengeluh dihadapan kiddos, 3H kalau mau, harus sekarang. Now, Bu, Now!
Tentunya mereka ngemeng bahasa Ibu, bahasa Minang, muehehehe ....
Tidak serta merta bilang kini Bu. Gak juga.
"Yo, Bu?"
"Apo,Bu?"
"Dek a, Bu?"
"Kok, gitu, Bu?"
"Pek lah, Bu ..."
Kalimat di atas bisa berulang kali sampai Ibu menjawab 'dih' alias 'iyo' atau 'ok'. Ya, kalau bisa langsung dipenuhi, kalau keadaan harus menunggu? Maka harus ada penjelasan Ibu dari Sabang sampai Merauke, berjajar kata-kata, sambung menyambung menjadi yang mereka pahami. Monggo ... dilanjut nyanyinya, hihihii ...
Beda lagi kalau pertanyaan mereka saat dibacakan buku cerita. Ibu auto searching atau membaca lebih dahulu, agar jawabannya tepat. Lebih-lebih tentang tauhid yang memang HARUS kita tanamkan semenjak dini pada anak-anak.
Kita sama tahu, bagaimana ajaibnya pertanyaan anak-anak. Ibu sering 'gubrak' mendengarny, lalu pura-pura tidur karena gak bisa jawab. Haghaghag ....
Lalu, bagaimana cara menyikapinya? Sementara, hal ghaib itu harus kita sampaikan, bahkan harus melekat di jiwa mereka.
Pelan-pelan.
Mungkin diawali dengan sesuatu yang bisa masuk ke nalar mereka. Sesuaikan dengan usia anak juga. Biasanya, umur 5+ sudah bisa menerima, misal, kita sampaikan, semua ini adalah ciptaan Allah.
Tapi, percaya gak, sih? Saat kita mengenalkan Allah kepada mereka, jiwa mereka bisa langsung menerima. Pengalaman Ibu 3H, tidak susah menjelaskan apa, siapa, bagaimana Allah. Memang, setelahnya banyak pertanyaan. Tapi, mereka pasti langsung terima, percaya. Tanpa meminta bukti nyata. Ada yang pernah merasa, atau mencobanya?
Mungkin itu, ya, anak terlahir fitrah.
"Hmm ... apa, ya? Ibu belum baca, Nak. Ibu baca dulu, ya, kalau udah tau, ibu kasih tau."
Jawaban tersering Ibu. Astaga.
Seringkali setelah membaca atau mendengar tentang pendidikan anak kita berkomentar, "iya ya, benar banget, nih".
Selanjutnya, terserah kita mau mengamalkannya atau cuek saja, tetap dengan kebiasaan, yang penting nyaman. Susah memang, di sini kembali ke diri orang tua, sanggup tidak menahan diri terhadap anak? Jawaban sebenarnya HARUS sanggup, atau akan ada rasa sesal dikemudian hari.
Nah, salah satu yang membuat saya menahan diri untuk tidak mengeluh dihadapan kiddos, 3H kalau mau, harus sekarang. Now, Bu, Now!
Tentunya mereka ngemeng bahasa Ibu, bahasa Minang, muehehehe ....
Tidak serta merta bilang kini Bu. Gak juga.
"Yo, Bu?"
"Apo,Bu?"
"Dek a, Bu?"
"Kok, gitu, Bu?"
"Pek lah, Bu ..."
Kalimat di atas bisa berulang kali sampai Ibu menjawab 'dih' alias 'iyo' atau 'ok'. Ya, kalau bisa langsung dipenuhi, kalau keadaan harus menunggu? Maka harus ada penjelasan Ibu dari Sabang sampai Merauke, berjajar kata-kata, sambung menyambung menjadi yang mereka pahami. Monggo ... dilanjut nyanyinya, hihihii ...
Beda lagi kalau pertanyaan mereka saat dibacakan buku cerita. Ibu auto searching atau membaca lebih dahulu, agar jawabannya tepat. Lebih-lebih tentang tauhid yang memang HARUS kita tanamkan semenjak dini pada anak-anak.
Kita sama tahu, bagaimana ajaibnya pertanyaan anak-anak. Ibu sering 'gubrak' mendengarny, lalu pura-pura tidur karena gak bisa jawab. Haghaghag ....
Lalu, bagaimana cara menyikapinya? Sementara, hal ghaib itu harus kita sampaikan, bahkan harus melekat di jiwa mereka.
Pelan-pelan.
Mungkin diawali dengan sesuatu yang bisa masuk ke nalar mereka. Sesuaikan dengan usia anak juga. Biasanya, umur 5+ sudah bisa menerima, misal, kita sampaikan, semua ini adalah ciptaan Allah.
Tapi, percaya gak, sih? Saat kita mengenalkan Allah kepada mereka, jiwa mereka bisa langsung menerima. Pengalaman Ibu 3H, tidak susah menjelaskan apa, siapa, bagaimana Allah. Memang, setelahnya banyak pertanyaan. Tapi, mereka pasti langsung terima, percaya. Tanpa meminta bukti nyata. Ada yang pernah merasa, atau mencobanya?
Mungkin itu, ya, anak terlahir fitrah.
"Hmm ... apa, ya? Ibu belum baca, Nak. Ibu baca dulu, ya, kalau udah tau, ibu kasih tau."
Jawaban tersering Ibu. Astaga.
Komentar
Posting Komentar
Komentar darimu membangun Imajinasiku