Langsung ke konten utama

Tentang Berubah (Hijrah)

Hijrah itu gampang kok, yang susah itu istiqomahnya.

Gak usah berpikir susah deh, itu hanya karna belum terbiasa. Karena kita terlena di zona nyaman, padahal kita tau ada zona yang lebih nyaman dari sekarang ini. Tapi kenapa belum move on? Kenapa belum dikomplitkan hijrahnya? Ya, karna kebiasaan tadi.

Mantapkan hati, kokohkan niat, istiqomah hingga terbiasa, insyaallah gak susah dan gak akan lama.

Coba kita flashback. Awal pernikahan, begitu banyak kebiasaan yang berubah. Lama? Iya, hahaha ... Tapi akhirnya bisa berubah, kan?

Saat punya kiddos, yang biasa banyak tidur, lama kelamaan jadi milih bangun daripada tidur, kan? Iya, karna hanya saat mereka tidur bisa nyantai, hahaha ....

Musuh besar untuk merubah kebiasaan tadi sebenarnya rasa malas. Malas itu bisa diusir, tapi gak bisa dibunuh, ckck ... Tiap kali malas datang, lawan dengan cara ingat kembali apa niatmu, istighfar!

Come on, you can do it Zii!! Begitu juga dengan emosi. Sudah kamu coba, kan? Perintahkan hati dan pikiranmu, "jangan emosi, tidak begitu cara menghadapinya, ubah cara bicaramu, istighfar ... istighfar!"

Sering berhasil, kan? Insyaallah, jika sudah terbiasa cara menghadapi emosi dan bicarapun bisa dikontrol.

Memang merubah kebiasaan itu gak segampang power ranger berubah. Tapi yakinlah bisa, ini hanyalah masalah kebiasaan yang HARUS dirubah untuk menuju zona yang lebih nyaman.

Ingat, ZONA SYURGA untuk anak-anakmu!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

.sungai jambu.

apa yang terfikirkan oleh mu jika membaca judul HARAKA kali ini? kelamaan mikirnya, baca aja cerita HARAKA kali ini tentang "Desa ku yang Permai" hahaha... Sungai Jambu adalah sebuah nama nagari di Batu Sangkar. nagari ini terletak di pinggang gunung Marapi [ketinggian ±700 meter dari permukaan laut] , kecamatan Pariangan, Sumatera Barat. nagari yang sungguh menakjubkan, yakin de siapa pun yang pernah ke sana tak akan pernah bosan dengan alamnya, eksotis banget, Subhanallah sangat [terkagum-kagum]. Sungai Jambu termasuk nagari tertua di Sumatera Barat, dialiri oleh 3 batang sungai dan dilatar belakangi oleh Gunung Marapi . bagaimana zee bisa kenal dengan desa ini? jawabannya adalaaaaahh... taraaaaa... [dasar zee stres] itu kampung halaman zee, hehe... di desa ini mama tercinta dilahirkan dan dibesarkan. nah, bagi yang suka narsis, sampe capek silahkan berfutu-futu ria, tak kan pernah puas. zee aja setiap pulkam ga pernah puas berfutu-futu [ntah apa karna futu grafernya y

ku persembahkan untuk...

Alhamdulillahirabbilalamin... akhirnya zii terbebas juga dari kertas-kertas bermasalah [istilah skripsi oleh 2 sobat maya..] mau pamer halaman persembahan ni ceritanya, reading-reading aja yah :) “Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.  (QS. Lukman: 27) Alhamdulillahirrabil’alamin Sebuah langkah usai sudah Satu cita telah ku gapai Namun… Itu bukan akhir dari perjalanan Melainkan awal dari satu perjuangan Setulus hatimu mama, searif arahanmu papa Doamu hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan jalanku Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malam mu Dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju hari depan yang cerah Kini diriku telah selesai dalam studi sarjana Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah,

Reuni (POV Dezia)

Aku mengatakannya sebagai preman kampus tapi dia dikenal sebagai kapten. Rambut panjang sebahu, wajahnya seroman rambo, sangar tapi tampan. Tidak ada yang tidak mengenalnya, bahkan angkatan setelah dia lulus. Kata teman perempuannya sikap kapten Gema itu membuai tapi bangsat. Kata teman laki-lakinya Gema itu teman yang asik disegala suasana. Maka tak heran saat ini semua mata tertuju padanya yang berjenggot dan bercelana cingkrang, juga aku yang berniqab. Semua orang seakan tidak percaya pada apa yang dilihatnya. "Wess ... akhirnya Kapten kita hadir juga." Sapaan dari arah barat menghentikan langkah kami. Genggaman di tanganku terasa semakin erat saat langkah dibimbing Bang Gema ke arah panggilan tadi. Aku mengenal mereka sebagai teman dekat Abang selama kuliahnya. Sama-sama salah jalan. Dulu. Sindiran dan tawa menjadi pembuka saat kami sampai di sana. Beberapa kali tertangkap Abang melirik ke arahku. Aku tahu dia khawatir, aku bahkan lebih mengkhawatirkan hati kusendiri. Deg