Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

Hijrah Rasa (6)

Geng putih mengkilap tadi tampak begitu terkejut, tampang yang tadi jutek, sombong, seketika ciut melihat kedatangan Diky, cowok yang baru saja mereka bicarakan. Sedangkan Qia, tidak ada yang berubah dari wajahnya, tetap polos. "Eh, Ky," cengirnya. "Gak ada apa-apa, kok. Cuma kenalan sama junior aja, ya gak Gaes?" jawab Berlian meminta dukungan pada teman-temannya. Serempak mereka mengangguk-angguk centil yang membuat Qia dan Gita merotasi bola matanya. "Permisi ya, Kakak-kakak. Kami harus masuk kelas." Tanpa menunggu jawaban dari para senior itu, Qia menarik tangan Gita. Memang, bel masuk menandakan jam istirahat telah selesai sudah berbunyi. "Gak sopan," oceh Berlian sesaat setelah Qia pergi. Namun, saat akan beralih ke Diky, cowok itu memilih mengikuti Qia. "Eh, Ky, mau ke mana?" Jari lentiknya menahan langkah Diky. "Bukan mahram!" hentak Diky dingin ke Berlian. "Sok alim. Tapi masih pengen dekat-dekat cewek," uja

Ibu Menjadi Ustadzah

"Astaghfirullah Nak ... tiga jam Ibu bujukkin Uda biar mau rekam suara. Merekamnya bahkan ndak sampai satu menit." Itu monolog Ibu setelah Hasyim mau mengerjakan tugas dari sekolah. Hasyim semangat mengerjakan semua tugas sekolah, kecuali kalau diminta direkam suara apalagi video. Sudah dua pekan pembelajaran Uda dan Uni berlangsung di rumah. Satu kali dalam sepekan ke sekolah hanya 30 menit, untuk setoran hafalan Quran. Hanya itu. Selebihnya, ustadzah mereka akan mengirim materi dan tugas via aplikasi WA. Sebelumnya, ibu hanya membaca status-status para buibu bagaimana keluhan mereka selama anak-anak belajar di rumah. Cuek gitulah Ibu 3H kemarin-kemarin itu. Sekarang, baru terasa bagaimana harus sabar menghadapi dua murid beda angkatan sekaligus. Rasain. Astaga 😳 Adaaa saja alasan mereka. Si Uni yang mau ngerjain tugas udalah. Si Uda yang mau mewarnai kayak Unilah. Si Uni yang minta bantuan Uda ngerjain tugasnya. Ditambah si Bayi yang minta dikASIhi saat pembelajaran Uda U

Amanah yang Penuh Makna

Pernah berpikir ingin kembali ke masa kanak-kanak? Masa penuh warna tanpa sedikitpun terasa masalah hidup. Lalu, kenapa setelah memiliki anak, tidak mencoba agar warna itu tetap berwarna? 💕💕💕 Namanya juga anak-anak. Makanya, tanamkan akhlaqul karimah dari sekarang, agar menjadi kebiasaanya kelak. Makanya, dibiasakan segala ibadah agar hidupnya selamat hingga nanti Makanya, putus rantai kebiasaan buruk pada hidupnya. Namanya juga anak-anak, lalu selalu memberi kemakluman? Aku sih, no! 💕💕💕 Seperti anak-anak yang selalu memaafkan segala kesalahan orang tuanya. Seperti anak-anak yang hatinya selalu penuh kasih. Layaknya anak-anak yang mewarnai harinya sendiri. Layaknya anak-anak yang jiwanya tanpa noda. 💕💕💕 H iduplah sesuai angan-anganmu A mbillah Quran sebagai peganganmu S ujudkan selalu kepalamu memohon ridho Illahi Y akinlah, doa kami selalu menyertaimu I mpikan segalanya untuk kebahagiaanmu M unajatan selalu hatimu pada Illahi H ijabkan seluruh tubuhmu A malkan sunnah nabi dih

Bukan di Mana-mana

Allah itu ... ada di langit, bukan di mana-mana (HR. Bukhari). Allah itu ... bersemayam di atas 'Arsy, bukan di mana-mana (Thaha; 5). 'Arsy Allah itu ... berada di atas surga Firdaus, surga yang paling tinggi (HR. Bukhari). Jika Allah ada di mana-mana, maka Fir'aun yang kafir tidak akan meminta bangunan yang tinggi agar bisa melihat Allah (Al-Ghafir; 36-37). Ada ayat Al-Quran yang mengatakan, "Allah bersama hamba-Nya". Benar. Namun, maksudnya adalah kebersamaan hamba dengan ilmu Allah, dengan kasih Allah, dan dengan segala sifat Maha Segala Allah yang akal kita sebagai manusia terbatas untuk memahaminya. Begitu banyak ayat dan hadist yang menyatakan Allah ada di langit, di 'Arsy. Tidak ada satupun ayat atau hadist yang mengatakan Allah ada di mana-mana. Maka, sebagai muslim, yakini saja, bahwa Allah itu ... selalu di 'Arsy, bukan di mana-mana. Jika Allah ada di mana-mana, tidak mungkin Dia ada di tempat sampah, kamar mandi, yang nayatanya Allah itu

Tunggu Aku di Jakarta

Silahkan baca ini dulu →  Kembali ke Jakarta  oleh Mbak Dewi Indah Sari 💫💫💫 Derit roda kereta api menyentak tidur lelapku. Badan terasa pegal karena posisi tidur yang tidak baik. Setelah melakukan sedikit peregangan, aku menilai keadaan sekitar. Mata yang tadi masih terasa mengantuk, seketika membola menyadari Keysha, teman duduk di sebelah, tidak lagi di tempatnya. Jantung terasa berdetak semakin cepat seperti laju kereta api yang semakin kencang. Benar saja, saat aku melihat ke kabin atas, ransel itu lenyap. Sial. Kenapa aku jadi begitu mudah percaya pada orang baru dikenal? Terbayang wajah cantik berbingkai senyum menawan itu. Sedikitpun tidak ada rupa yang menggoda apalagi menipu. Aku menghubungi Dika, sekretaris yang serba bisa. Menceritakan yang baru saja terjadi. Lalu, meminta tolong untuk meng-handle kantor untuk hari ini. "Udah gue bilang, kan. Sok-sokan segala mau naik transportasi umum. Merakyat, sih merakyat, tapi gak bawa uang banyak juga kale. Nambahin kerjaan gue

Coretan Jiwa

Manusia : sudah sangat sering terlalu kecewa, namun masih saja berharap pada manusia. Jika kekecawaan terlalu dalam, barulah dia kembali mengingat Dia. Picik. Tapi katanya manusiawi. Itu bukan sifat, tapi hati yang belum menyentuh hatiNya. Bisakah jangan lagi berharap pada hambaNya? Padahal jelas, berharap pada Allah tidak akan mengecewakan. Yang ada hanya ketenangan. Ikhlas, tak ada lagi hati yang tergores. Karena jiwa telah menerima bahwa nanti akan dibalas dengan yang lebih baik. 🍃🍃🍃 Kamu kuat, dengan caramu sendiri. Tidaklah Allah menciptakan air mata salah satu agar kamu tetap kuat. Karena setelahnya, sudah ada sebuah senyuman yang disediakanNya. Mengalah bukan berarti lemah, kamu hanya menginginkan ketenangan hati. Namun jangan mengalah jika hatimu telah diusik, hargai dia, seperti dia telah menguatkan disetiap lemahmu. 🍃🍃🍃 Hati, bisakah sedikit saja lihat jiwa yang sering kali meronta ingin dipeluk? Ingin sebentar saja menikmat bersama dirinya sendiri. Sesekali, berilah ma