Langsung ke konten utama

Editing Tulisan Sendiri

6 Juli 2011

Saat bercanda dengan lamunan, seuntai tanya muncul dibenak, "Hati ini terbuat dari apa?"


Apakah dari salju yang lembut dan gampang mencair?

Atau dari baja yang keras dihantam apa pun? 

Atau dari kulit yang gampang terluka? Bahkan, sepertinya lebih sensitif dari kulit.

Atau dari air mata yang selalu mengerti saat apa yang dirasakan hati? 

Yang kutau, hati ini butuh hati yg lain. Hati yang bisa membuat hati ini lembut bagai salju yang gampang cair, yang keras seperti baja, yang lebih sensitif dari kulit, dan yang pasti, hati itu yang membuat hati ini lebih berarti. 

Namun, tanya lainpun kembali muncul dibenak ini, "Jika hati seperti salju, baja, kulit atau air mata, kenapa hati bisa lelah juga seperti raga? Apakah hati juga seperti tubuh yang mempunyai tulang rapuh dan bisa patah?"

Aku kagum pada hati, tapi lebih kagum pada Sang Pencipta Hati.

Hati ini, hanya Sang Penguasa Hati yang dapat mengerti.

Dan hati ini, saat ini, 'kan kubiarkan hingga menutup mata. 

Hati ini butuh hati itu ... Allahu'alam


◇◇◇

الله menguji keihklasan dalam kesendirian

الله memberi kedewasaan ketika masalah berdatangan

الله melatih ketegaran dalam kesakitan

الله memberi cobaan ketika dalam kenikmatan

الله memberi ingatan dalam kekhilafan

Ada kalanya kita menangis agar kita tau bahwa hidup bukan hanya untuk tertawa.

Ada kalanya kita tertawa agar kita tau betapa mahalnya setetes air mata.
◇◇◇
Untuk yang menyayangiku :
Terima kasih telah membuatku menjadi orang yang begitu sempurna dimatamu.
Untuk yang pernah menyakiti ku :
Terima kasih telah mengajarkanku arti kesabaran hingga kudapat lebih dewasa, dan semoga kamu tidak pernah merasakan sakit yang kurasa.
Untuk yang pernah kusakiti :
Maaf atas khilaf yang tidak pernah kusengaja, karna kujauh dari kesempurnaan.
Untuk sahabat ku :
Kita memiliki banyak perbedaan, namun tak dapat dipungkiri kalau aku selalu membutuhkanmu.
Untuk yang pernah mencintaiku :
Terima kasih telah memberi warna-warna cinta dalam kehidupanku.

◇◇◇

29 Mei 2020

Menyunting tulisan sendiri, apalagi tulisan lama, akan membuatmu merasa tidak memiliki bakan menulis. Biarkan tulisan lama, jangan disunting, tak akan pernah rasa puas menghampirimu. Biarkan tulisan lama, menjadi pelajaran untuk saat ini, menjadi kenangan, "ternyata, aku pernah selebay itu."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

.sungai jambu.

apa yang terfikirkan oleh mu jika membaca judul HARAKA kali ini? kelamaan mikirnya, baca aja cerita HARAKA kali ini tentang "Desa ku yang Permai" hahaha... Sungai Jambu adalah sebuah nama nagari di Batu Sangkar. nagari ini terletak di pinggang gunung Marapi [ketinggian ±700 meter dari permukaan laut] , kecamatan Pariangan, Sumatera Barat. nagari yang sungguh menakjubkan, yakin de siapa pun yang pernah ke sana tak akan pernah bosan dengan alamnya, eksotis banget, Subhanallah sangat [terkagum-kagum]. Sungai Jambu termasuk nagari tertua di Sumatera Barat, dialiri oleh 3 batang sungai dan dilatar belakangi oleh Gunung Marapi . bagaimana zee bisa kenal dengan desa ini? jawabannya adalaaaaahh... taraaaaa... [dasar zee stres] itu kampung halaman zee, hehe... di desa ini mama tercinta dilahirkan dan dibesarkan. nah, bagi yang suka narsis, sampe capek silahkan berfutu-futu ria, tak kan pernah puas. zee aja setiap pulkam ga pernah puas berfutu-futu [ntah apa karna futu grafernya y

ku persembahkan untuk...

Alhamdulillahirabbilalamin... akhirnya zii terbebas juga dari kertas-kertas bermasalah [istilah skripsi oleh 2 sobat maya..] mau pamer halaman persembahan ni ceritanya, reading-reading aja yah :) “Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.  (QS. Lukman: 27) Alhamdulillahirrabil’alamin Sebuah langkah usai sudah Satu cita telah ku gapai Namun… Itu bukan akhir dari perjalanan Melainkan awal dari satu perjuangan Setulus hatimu mama, searif arahanmu papa Doamu hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan jalanku Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malam mu Dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju hari depan yang cerah Kini diriku telah selesai dalam studi sarjana Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah,

Reuni (POV Dezia)

Aku mengatakannya sebagai preman kampus tapi dia dikenal sebagai kapten. Rambut panjang sebahu, wajahnya seroman rambo, sangar tapi tampan. Tidak ada yang tidak mengenalnya, bahkan angkatan setelah dia lulus. Kata teman perempuannya sikap kapten Gema itu membuai tapi bangsat. Kata teman laki-lakinya Gema itu teman yang asik disegala suasana. Maka tak heran saat ini semua mata tertuju padanya yang berjenggot dan bercelana cingkrang, juga aku yang berniqab. Semua orang seakan tidak percaya pada apa yang dilihatnya. "Wess ... akhirnya Kapten kita hadir juga." Sapaan dari arah barat menghentikan langkah kami. Genggaman di tanganku terasa semakin erat saat langkah dibimbing Bang Gema ke arah panggilan tadi. Aku mengenal mereka sebagai teman dekat Abang selama kuliahnya. Sama-sama salah jalan. Dulu. Sindiran dan tawa menjadi pembuka saat kami sampai di sana. Beberapa kali tertangkap Abang melirik ke arahku. Aku tahu dia khawatir, aku bahkan lebih mengkhawatirkan hati kusendiri. Deg