Langsung ke konten utama

Romantis yang Sesungguhnya

"Kamu ... mau 'kan jadi pacarku?"

Seketika netra ini membola. Oksigen terasa habis, sulit bernafas. Jantung berdetak lebih cepat, di atas normal. Perut seperti terasa tergelitik, ada rasa yang membuncah. Lalu, pipi memanas, dua ujung bibir terangkat.

Sejak hari itu, dunia terasa penuh warna. Hp tak berhenti berbunyi, selalu ada pemberitahuan entah itu pesan singkat, media sosial, atau telfon. Emosi negatif seolah jauh, yang ada hanya tawa dan senyuman.

Kata kangen dan sayang, seperti multivitamin penyemangat hari. Selalu ada cerita di antara kita. Bahkan, saat mulut memilih diam, bukan karena kehabisan kata, tapi karena terlalu banyak kata yang akan terucap.

Saling tatap, tersenyum malu, berakhir kata cinta. Rasanya ... ingin seperti itu, selamanya.

Dulu.

Sekarang.

Sesal. Menyesal. Ingin kembali ke waktu itu, untuk tidak melakukannya. Sebab, semua tipu daya musuh manusia yang nyata. Dia menang, yang terkutuk itu menang!

Aku benci!

Tersungkur di atas sajadah tiap malam, rasanya tidak bisa menghapus dosa-dosa itu. Namun, keyakinanku akan Maha Kasih dan SayangNya, semoga Dia mengampuni.

'Kan kubayar dengan rasa sakit mengabdi sebagai istri. 'Kan kuraih segala pintu surga melalui peran istri. 'Kan kupertaruhkan segalanya, agar dosa itu terhimpit oleh amal sebagai anak, istri, dan sebagi seorang ibu.

Kini, aku baru tahu romantis yang sebenarnya.

Saat membuka mata, sosok itu langsung tampak, mengingatkan untuk beribadah. Yang selalu ada saat, tidak bisa menyelesaikan masakan, ataupun cucian yang menumpuk. Sosok yang siap ke luar rumah, membeli segala keperluan rumah tangga, bahkan untuk pribadi. Yang marah saat diri melakukan kesalahan, marah di antara sayang. Dan, pribadi yang tidak banyak menuntut.

Tiap waktu saling menatap, lalu salah tingkah. Saling menggenggam tangan. Saling diam, lalu baikkan sekalipun tanpa kata maaf. Melalui dirinya, diri ini bisa masuk ke surga melalui pintu mana saja.

Percayalah, romantis itu ada hanya ketika kata halal sudah di tangan.

♡♡♡


sebuah kecupan darimu

cukup membuat duniaku

terasa lebih terang



secangkir teh hangat darimu
cukup 'tuk awali hari terindah

dalam hidupku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

.sungai jambu.

apa yang terfikirkan oleh mu jika membaca judul HARAKA kali ini? kelamaan mikirnya, baca aja cerita HARAKA kali ini tentang "Desa ku yang Permai" hahaha... Sungai Jambu adalah sebuah nama nagari di Batu Sangkar. nagari ini terletak di pinggang gunung Marapi [ketinggian ±700 meter dari permukaan laut] , kecamatan Pariangan, Sumatera Barat. nagari yang sungguh menakjubkan, yakin de siapa pun yang pernah ke sana tak akan pernah bosan dengan alamnya, eksotis banget, Subhanallah sangat [terkagum-kagum]. Sungai Jambu termasuk nagari tertua di Sumatera Barat, dialiri oleh 3 batang sungai dan dilatar belakangi oleh Gunung Marapi . bagaimana zee bisa kenal dengan desa ini? jawabannya adalaaaaahh... taraaaaa... [dasar zee stres] itu kampung halaman zee, hehe... di desa ini mama tercinta dilahirkan dan dibesarkan. nah, bagi yang suka narsis, sampe capek silahkan berfutu-futu ria, tak kan pernah puas. zee aja setiap pulkam ga pernah puas berfutu-futu [ntah apa karna futu grafernya y

ku persembahkan untuk...

Alhamdulillahirabbilalamin... akhirnya zii terbebas juga dari kertas-kertas bermasalah [istilah skripsi oleh 2 sobat maya..] mau pamer halaman persembahan ni ceritanya, reading-reading aja yah :) “Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.  (QS. Lukman: 27) Alhamdulillahirrabil’alamin Sebuah langkah usai sudah Satu cita telah ku gapai Namun… Itu bukan akhir dari perjalanan Melainkan awal dari satu perjuangan Setulus hatimu mama, searif arahanmu papa Doamu hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan jalanku Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malam mu Dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju hari depan yang cerah Kini diriku telah selesai dalam studi sarjana Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah,

Reuni (POV Dezia)

Aku mengatakannya sebagai preman kampus tapi dia dikenal sebagai kapten. Rambut panjang sebahu, wajahnya seroman rambo, sangar tapi tampan. Tidak ada yang tidak mengenalnya, bahkan angkatan setelah dia lulus. Kata teman perempuannya sikap kapten Gema itu membuai tapi bangsat. Kata teman laki-lakinya Gema itu teman yang asik disegala suasana. Maka tak heran saat ini semua mata tertuju padanya yang berjenggot dan bercelana cingkrang, juga aku yang berniqab. Semua orang seakan tidak percaya pada apa yang dilihatnya. "Wess ... akhirnya Kapten kita hadir juga." Sapaan dari arah barat menghentikan langkah kami. Genggaman di tanganku terasa semakin erat saat langkah dibimbing Bang Gema ke arah panggilan tadi. Aku mengenal mereka sebagai teman dekat Abang selama kuliahnya. Sama-sama salah jalan. Dulu. Sindiran dan tawa menjadi pembuka saat kami sampai di sana. Beberapa kali tertangkap Abang melirik ke arahku. Aku tahu dia khawatir, aku bahkan lebih mengkhawatirkan hati kusendiri. Deg