Kamu tau posisi yang paling membuat seorang perempuan mudah baper, sensi, insecure, atau sejenisnya? Bukan posisi ehm, tapi posisi sebagai peran, yaitu sebagai seorang istri. Ini salah satu kisahku.
"Zi, pindah duduk sana," perintah Uda saat ada tamu sedang datang berkunjung.
Saat itu, kakak ipar baru melahirkan. Aku yang baru saja bergabung dengan keluarga ini, belum begitu banyak mengenal tradisi di sini. Jadi, ada istilahnya bagian atas dan bagian bawah rumah, padahal lantai rumah datar, tidak bertingkat.
Bagian atas di sini maksudnya, arah pintu depan, sedangkan bagian bawah arah pintu ke belakang. Jika ada tamu yang disegani, seperti besan, maka mereka ditempatkan duduk di bagian atas. Jadi, ketika itu aku duduk di bagian atas saat besan Ibu datang menengok cucu. Aku yang tidak mengerti, disuruh pindah duduk merasa di usir, jadi memilih masuk ke kamar.
Selepas para tamu pulang, si Uda masuk. "Kenapa malah masuk kamar?" tanyanya terlihat hati-hati.
Mungkin, waktu itu Uda juga merasa malu kali ya, aku masuk ke kamar. "Bukannya tadi disuruh pergi?" jawabku membalas dengan pertanyaan.
"Uda suruh pindah duduk, bukan pergi," jelasnya namun tidak jelas bagiku. Aku memilih diam. Ini bukan pertama kali aku disuruh pindah duduk, atau memang disuruh ke mana saat ada tamu datang.
Saat itu, sebenarnya aku merasa iba hati. Seperti tidak bagian dari keluarga, atau bahkan tidak dianggap. Mencoba bersikap masa bodoh, tapi kok, jadi baper saat ditegur Paksu. Akhirnya, setiap ada tamu, kalau aku ingin pindah duduk, ya pindah. Namun, ada juga aku pura-pura tidak tahu. Barulah setelah tujuh tahun berlalu aku mengerti.
Astaga, ini hanya salah paham saja. Tepatnya, aku yang mencoba cuek karena keburu insecure tadi. Pelajaran juga bagiku, sebelum merasa-rasa, baiknya dicari tahu kenapa diri bisa merasa rendah. Karena anggapan rendah akan diri sendiri itu malah menjatuhkan harga diri sendiri di mata orang lain. Padahal, manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah, right? Lalu, kenapa hanya karena perkataan orang kita menjadi insecure?
Seperti halnya juga, saat diajak pergi bertemu teman-teman Paksu. Lalu, ada teman perempuannya yang tertawa bareng, sok akrab kalau di mata istri. Aku auto menilai penampilan perempuan tadi.
"Gayanya oke, sih. Tapi masih cakepan aku."
"Tapi cakep masih kalah kalau gak dandan."
Ditambah perbincangan mereka tentang kerjaan yang tidak menyambung sama sekali di otakku. Merasa dia lebih pintar dari pada diri sendiri. Padahal, ya wajar tidak dimengerti, bukan kegiatan sehari-harinya kepala. Coba ajak bicara literasi dengan mereka, giliran mereka yang ngango. Ya 'kan?
Lalu aku ingat drakor Mars, scane di mana Vic Zhou bertemu teman perempuannya, sementara (lupa siapa nama pemeran perempuannya) pacarnya ada di samping. Lalu, Vic Zhou menggenggam tangan sang pacar di bawah meja karena sadar doi merasa sendiri di tengah pembicaraan. Berharap Paksu melakukan hal romantis seperti itu. Sudah memandang-mandang memberi kode, eh malah dikasih air mineral. Jan ngareplah!
Sebagai istri, sepertinya perasaan terlalu bergantung pada suami. Cara ngomong, cara bersikap, suami begitu mempengaruhi suasana hati. Padahal maksud suami tidak demikian, aku menyimpulkan demikian, trus jadi mewek sendiri. Ckckck.
Sampai saat ini, apapun itu, bagaimanapun itu, siapapun itu, selalu mencoba untuk berpikir positif saja. Bahwa, Allah tahu yang terbaik untuk diri ini. Asal jangan sampai insecure ibadah saja, bisa menang musuh yang paling nyata itu.
Komentar
Posting Komentar
Komentar darimu membangun Imajinasiku