Ceritanya Ibu 3H pengen seperti orang-orang kantoran yang sekarang lagi work from home. Karena, Ibu memang stay at home, ya ... itu, at home.
Apa, sih? 😅
Ini bukan tentang pekerjaan saya, gak usah dibahas, berat dan gak akan nemu ujungnya. Sedikit sharing bagaimana Hasyim si Anak TK belajar di rumah.
Masih TK, kan? Kenapa ikut-ikutan belajar di rumah? Karena saya, tidak ingin waktu mereka terbuang percuma. Saya pun, mengambil kesempatan untuk menambah pahala. Sudah hampir setahun, Hasyim belajar mengaji dengan Mualimahnya di sekolah. Sekarang, ada waktu saya, kenapa tidak?
Sebenarnya, sebelum Hasyim TK, si Uda ini sudah mulai beraktivitas ala-ala Ibu di rumah, tapi tidak ibu paksa. Kalau mau, Alhamdulillah, kalau tidak ya, tidak apa-apa. Namun, sekarang, memang ada sedikit paksaan tapi, ibu memulai dulu dengan cerita. Jika tidak mempan, lanjut dengan iming-imingi hadiah. Biasa, sih, manjur kalau sudah dijanjikan hadiah.
"Ikhlas, kan, Hasyim baca Iqra-nya?"
"Ikhlas, Bu."
"Karena apa?"
"Karena Allah."
"Alhamdulillah,"
Itu doi udah bilang mau setelah ibu janjikan es krim. Hehehe.
Jadi, setiap pagi, kami tetap siap-siap seperti akan pergi sekolah.
Mulai jam 08.00 baca iqra dan murajaah.
Lalu, ibu menidurkan Hamzah. Hasyim main, boleh di halaman.
Jam 11.00 ibu mulai mewanti-wanti main di dalam rumah. Ba'da azan zuhur, main stop.
Makan siang, lalu membaca. Hasyim baca judul, ibu bacakan ceritanya.
Setelahnya, tidur siang.
Udah, itu aja.
Kalau menulis, agar tangannya tidak kaku, ibu bebaskan Hasyim mau menggambar atau mewarnai. Di saat itu, ibu ajak menulis nama di kertasnya.
Sudah dua hari, Alhamdulillah lancar. Terpenting, si Uda tidak ke luar rumah dulu. Kalau sempat ke luar, ketemu abang sepupu, bakal panjang waktu membujuk.
Siapa yang paling semangat? Hafshah. Alhamdulillah. Tabarakallah. Malah dia sering protes kenapa Uda didulukan.
Gak ada tantangannya, nih, Bu?
Siapa bilang gak ada. Si kecil Hamzah.
Dia ikutan pengen pegang iqra yang sedang dibaca Uda. Harus itu. Masyaallah.
Lalu, minta dikASIhi saat Uda dan Uni lagi semangat-semangatnya. Atau, Uda Uni gak boleh dekat Ibu. Udah pandai cemburu dia memang 😅
Hasyim lancar aja gitu disuruh ini dan itu? Kagak. Hasyim itu kelemahannya, tidak bisa fokus. Iya, gagal fokus terus. Dan itu, susah banget biar pikirannya tetap pada ibu. Gimana mau fokus, dua adiknya ... udah bisa tebak 'kan?
Apalagi? Tawar-menawar yang gak ada habis-habisnya.
So, gimana bu guru di rumah gak lebih galak daripada yang di sekolah?
Sudah rahasia umum, anak lebih mendengarkan guru di sekolah ketimbang emaknya. Soalnya, saya juga begitu dulu. Hakz.
Mungkin, itu juga alasan para full tine mom memilih anaknya lebih cepat di sekolahkan, misalnya ke play group. Bukan karena apa-apa, selain ingin mengurangi beban pikiran, kepandaian anak lebih cepat bertambah memang.
Kembali lagi keputusan di tangan orang tua. Bagi saya, saya ingin meraup semua pahala dari amanah yang penuh makna ini.
Bilang aja, gak mau jauh dari mereka ... Iya, itu juga. Pun dengan Hasyim. Sebelum berangkat, si ibu selalu sayang-sayangnya banyak. Ngangenin bagi saya saat doi sedang berada di sekolah.
Lebay? Gak. Bayangkan jika anak dimasukkan ke play group umur tiga tahun. Lalu, lanjut PAUD, kemudian TK, SD, dan seterus-seterusnya. Yang pasti, waktu kebersamaan kita dengan mereka sudah pasti berkurang.
Itu bagi saya. Jangan ikuti jika cara kita berbeda.
Jadi kemana-mana. Kemana-mana itu mengasyikkan, memang.
Mari kita petik pahala di setiap langkah kakinya. Surga akan kita dapatkan, jika cita-cita mereka adalah surga. Insyaallah. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar
Komentar darimu membangun Imajinasiku