"Ciee ... yang baru ketemu mantan." Alia yang baru saja kembali dari istirahat siangnya, disambut oleh kalimat kepo terselubung dari Tia. Mataku beralih pada Tia yang tampak sedikit terkejut, terlihat dari terhentinya langkahnya, tapi langsung bisa mengendalikan diri. Seperti biasa, ada saja topik bulian dari Tia untuk Alia. Dibilang mereka pernah punya masalah sebelumnya, tidak. Memang dasar Tia saja yang suka resek. Aku pun pernah jadi korbannya Tia, tapi cewek komersil itu kesal sendiri karena tak kuladeni. "Aku speechless , lho. Mbak Tia segitu perhatiannya sama aku." Beda denganku, Alia nagih membalas cemoohan dari Tia. Aku salut pada Alia yang selalu santai menghadapi sikap setiap teman. Bahkan, kepada seorang pembuli seperti Tia. "Aku pernah down , kok. Tapi, kucoba untuk melawannya dengan berpikir positif. Karena sejatinya, jiwa positif kita itu lebih banyak disediakan Allah daripada aura negatif. Bersedih boleh, larut jangan." Begitu j...
Ketika Kita Menjadi Kata