Menyelesaikan pekerjaan rumah dengan tepat waktu, tanpa eksplorasi dari tangan ke tiga, sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, sungguh menghadirkan rasa puas tersendiri di dalam sanubari.
Merasa menjadi seorang istri dan ibu yang profesional gak, sih?
Seiring waktu menyerbu, fase hidup yang terus menyeru, yang kemudian seringkali peran sebagai istri dan seorang ibu tidak lagi berjalan sesuai dengan harapan.
Lelah aku, tuh!
Sebagai seseorang yang selalu ingin mengerjakan pekerjaan rumah dengan perfek, "Biar aku aja yang ngerjain", karena kalau suami yang menolong, hasil seringkali diluar ekspetasi. Apalagi anak-anak yang menuntaskan pekerjaan, yang ada kepala berdenyut, hati cemberut.
Benar gak, sih?
Ternyata, hal itu semua menjadikan diri uring-uringan sendiri. Niat ingin perfek, malah jadi eneg. Maka, yang perlu kamu lakukan adalah menurunkan standar, dari perfek menjadi cukup.
Lalu? Syukuri.
Rasa kesempurnaan itu tidak akan langsung hilang setelah standar diturunkan. Maka, yang perlu kamu lakukan setelahnya adalah beri ketenangan pada hatimu.
Enyahkan kata sempurna untuk hasil pekerjaan rumah, yang terpenting kebutuhan pokok anak-anak dan suami terpenuhi. Biarkan dulu rumah yang berserak, piring dan kain kotor teronggok. Karena yang kamu butuhkan sekarang bukan lagi sempurna, tapi bahagia.
Bahagia.
Bukankah tidak ada yang sempurna di muka bumi ini?
Kata terserah, atau emang gue pikiran, kadang diperlukan untuk mengistirahatkan diri. Sekali lagi, yang terpenting kamu bahagia.
Bahagia.
Maka dari itu girls, jika kakimu tidak lagi dua (baca: mempunyai anak), yang perlu kamu lakukan saat itu hanyalah membuat hati bahagia.
Bahagia.
Sesederhananya bahagia seorang ibu, makan mie instan dengan tenang misalnya. Minta waktu suami sebentar bermain dengan anak.
Atau, segampang-gampangnya bahagia seorang istri, dapat dopping kecupan tiga kali sehari misalnya. Minta ke suami. Minta. Tidak usah malu, tarik saja tengkuknya, trus cup deh. Muehehehe.
Ingin bahagia 'kan? Kuy, agresif mengejarnya.
Halal.
Sadar atau tidak, jika hati sudah bahagia dampaknya dahsyat untuk seisi rumah? Karena bagiku, ibu yang bahagia itu adalah ibu yang profesional.
Insyaallah.
Komentar
Posting Komentar
Komentar darimu membangun Imajinasiku