Dear Ezi,
Semenjak kemarin, kamu sadar ada yang salah di dirimu.
Tapi kamu tetap seperti itu.
Tidak berubah.
Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, agar salah itu pergi.
Tapi kamu tetap di sana.
Tidak beranjak.
Kamu tahu, harusnya perbaiki dulu dirimu, baru bisa memperbaiki anak-anak.
Bagaimana bisa berhasil komunikasi pada mereka? Sementara kamu hanya diam pada dirimu.
Dear Ezi,
Kamu tahu shalat dapat membuat hidupmu lebih baik.
Tapi kamu hanya shalat lima waktu, yang sering kali tidak sempurna.
Niat, tetapi sekedar niat.
Tidak kuat, tidak mengerjakan niat itu.
Ayolah,
Bukankah kamu selalu bangun saat waktu tahajud?
Bukankah ada waktu setiap dhuha?
Apa harus ditampar dulu baru mengerjakan?
Kamu tahu yang akan menampar siapa.
Kamu tahu itu, Ezi!
Tahu!!
Bahkan waktumu lebih dari cukup untuk sekedar membaca Quran.
Satu halaman, bahkan lebih.
Pokoknya baca!
Dear Ezi,
Sudah banyakkah bekalmu jika tiba-tiba saja kamu harus pergi?
Hm?
Berapa dan apa yang telah kamu persiapkan untuk kepergianmu ke tempat yang kekal?
Kamu tahu apa yang membuatmu masih di sini.
Di sini, bukan zona nyamanmu.
Bukan!
Di sini, tempat terburukmu yang pernah ada.
Karena sifat yang tampak menyenangkan itu, ternyata membunuhmu secara perlahan.
Jika kamu sayang anak-anakmu, orang tuamu, segera kerjakan niatmu.
Sekarang atau nanti menyesal!
Ketidak-nyamanan pada diri sendiri sudah kurasa semenjak kemarin.
Biasanya, kubiarkan kemalasan meraja, ternyata hari ini pun sama saja.
Kumencoba untuk bicara pada hati, ada apa? Apa sebenarnya yang kamu inginkan?
Sudah dari semalam, sebelum tidur kulakukan. Nyatanya, tak jua kutemukan jawabnya.
Duh, kayak rasa-rasa yang tak biasa.
Senja ini, aku tahu, itu perasaan dari musuh yang paling nyata.
Saat iman sedang di bawah. Saat kenikmatan tak lagi terasa.
Futur.
Futur yang berketerusan.
Ish!
Laporan komunikasi produktif harus jujur 'kan, ya?
Ketika diri terasa nyaman,
Yakinlah itu bukanlah sebuah kenyamanan.
Bangkit dan bersegeralah menjauh dari rasa itu,
Sekalipun kesusahan yang akan dihadapi.
Komentar
Posting Komentar
Komentar darimu membangun Imajinasiku