Saya tidak pernah tahu, tapi saya juga bukan tempe (heleh). Gegara abis berbalas stiker di wag.
Jadi, saya benaran tidak tau kalau memiliki balita yang beranjak menuju anak-anak, mereka lebih cerdas dibandingkan ibunya. Jawaban mereka mantap betul kalau sudah mendengar omelan sang ibu.
Seperti tentang marah. Ibu kalau sudah marah, mereka seperti alarm ;
"Laa taghdab," ujar mereka tanpa menatap ibu. Ini sering mereka lontarkan saat ibu sedang marah.
Atau
"Ibu ndak kuat, kan? Sering marah,"
Tu, kan, udah bisa menyindir mereka. Kalau ini, mereka biacara saat amarah ibu udah reda.
Nah, tadi tiba-tiba mereka bilang gini.
"Ibu, ibu jan marah-marah, ntar ibu jadi tua, lho. Jelek."
Padahal sehari ini ibu tidak ada marah. Mungkin ngomel, iya. Hehehe.
"Ya, tolong juga biar ibu gak marah. Ibu marah kenapa, coba? Kalau Uda, Uni dengarin semua yang ibu bilang, ibu gak marah, kan?"
Hening.
"Yaa ... pokoknya ibu kalau marah, jadi tua."
Ibu masang muka datar. Menatap itu dua bocah itu lama.
Abis ini pembaca mengira, ibu 3H pemarah -.-"
Jadi, saya benaran tidak tau kalau memiliki balita yang beranjak menuju anak-anak, mereka lebih cerdas dibandingkan ibunya. Jawaban mereka mantap betul kalau sudah mendengar omelan sang ibu.
Seperti tentang marah. Ibu kalau sudah marah, mereka seperti alarm ;
"Laa taghdab," ujar mereka tanpa menatap ibu. Ini sering mereka lontarkan saat ibu sedang marah.
Atau
"Ibu ndak kuat, kan? Sering marah,"
Tu, kan, udah bisa menyindir mereka. Kalau ini, mereka biacara saat amarah ibu udah reda.
Nah, tadi tiba-tiba mereka bilang gini.
"Ibu, ibu jan marah-marah, ntar ibu jadi tua, lho. Jelek."
Padahal sehari ini ibu tidak ada marah. Mungkin ngomel, iya. Hehehe.
"Ya, tolong juga biar ibu gak marah. Ibu marah kenapa, coba? Kalau Uda, Uni dengarin semua yang ibu bilang, ibu gak marah, kan?"
Hening.
"Yaa ... pokoknya ibu kalau marah, jadi tua."
Ibu masang muka datar. Menatap itu dua bocah itu lama.
Abis ini pembaca mengira, ibu 3H pemarah -.-"
Komentar
Posting Komentar
Komentar darimu membangun Imajinasiku