Langsung ke konten utama

Sahabat

Kamu punya sahabat seperti apa, sih?


Aku punya teman dekat, yang tidak mau dibilang sahabat, tapi dia tahu semua tentangku, keluargaku, bahkan perasaanku.


Pun sebaliknya. Bedanya, dia mengingat setiap rinci silsilah keluargaku, juga teman-temanku dari masa putih merah. Mungkin juga taman kanak-kanak. Sedangkan aku, hanya mengingat keluarga intinya saja. Jangankan teman-teman lamanya, pacar barunya saja, aku sering lupa wajahnya.


"Eh, Cheng. Rasa-rasanya, aku pernah ketemu sama dia, deh," ujarku sesaat sampai di kosannya.


Tadi, di jalan menuju kosannya, kami bertemu cowok pakai motor. Dianya baru akan berangkat ke kampus, sedangkan kami baru selesai dua sks perkuliahan.


"Astoge Chiiing, dia itu 'kan cowok aku yang baru! Baru juga seminggu yang lalu aku kenalin, masak lupa, sih? Ish!" gemasnya.


"Awas kalau lupa lagi. Parahnya ntar, kamu naksir lagi," lanjutnya masih sewot.


Muehehehe. Aku memang sepelupa itu pada wajah orang. "Tenang, tipe kita beda. You know me so well, Beib," jawabku senyum menggoda.


Kami memang sangat berbeda. Namun, seringkali perbedaan itu yang membuat kami menjadi akrab. Mungkin itu, ya, yang dinamakan chemistry?


Satu hal yang paling kuingat. Dia, sangat pandai berdandan, aku tidak. Tetapi, satu hal yang paling dia malasin untuk mengerjakan merawat tubuhnya.


Duh, kok, aku dapat ide menulis ini sih? Oke, ambil manfaatnya. Toh, orangnya reader tidak tahu 'kan? Dan jika kamu--yang aku ceritain-- membaca, ayo kita selesaikan langsung tatap muka. Hakz.


Jadi, doi paling malas mencukur bulu ketiak (emot ketawa nangis). 13 tahun yang lalu, mana ada sih, cream perontok bulu yang instan seperti sekarang? Internet saja baru viral.


Kami pernah dapat ramuan perontok bulu dari alumni yang sudah jadi dosen muda di kampus. Saat itu, aku langsung mencoba di rumah, sedangkan dia--teman dekatku yang tidak mau dibilang sahabat--tidak melakukannya.


Waktu itu, fakultas mengadakan kemah bakti mahasiswa. Terbayang 'kan bagaimana suasana berkemah? Saat itulah terjadi insiden, ketiak doi kelihatan berbulu oleh seseorang yang ... katakanlah nyinyir. Untungnya bukan seseorang ember bocor. Namun, risih 'kan ya, kalau setiap bertemu dia membahas hal yang sama, yaitu bulu ketiak? Walaupun sekedar memberi saran.


Besoknya, setelah kembali dari perkemahan. Cheng mengajakku menginap di kosannya. Tau untuk apa?


Membuat ramuan. Campuran satu sendok teh gula, dengan dua sendok teh lemon. Jadinya berbentuk pasta. Lalu, diolesi ke ketiak. Aku lho, yang disuruh!


"Aku bayar setiap hari dengan es krim dan cokelat selama seminggu," sogoknya karena saking malas mencukur ketiaknya.


Okelah, kalau gitu.


Jijik? Yang ada kami ngakak sampai tidur. Terus, bangun pagi aku lagi yang membersihkan pakai handuk hangat. Setelah itu, ngakak lagi. Itu pertama kali doi melakukannya. Setelah itu, satu kali selama seminggu dia sendiri yang mengerjakannya.


Mau tau hasilnya?


Sampai saat ini, jika tidak dilakukan selama seminggu, yang tumbuh hanya bulu-bulu halus dan tidak lebat. Cobain, deh.


Itu satu dari sekian banyak hal yang tak terlupakan selama menjadi teman dekatnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

.sungai jambu.

apa yang terfikirkan oleh mu jika membaca judul HARAKA kali ini? kelamaan mikirnya, baca aja cerita HARAKA kali ini tentang "Desa ku yang Permai" hahaha... Sungai Jambu adalah sebuah nama nagari di Batu Sangkar. nagari ini terletak di pinggang gunung Marapi [ketinggian ±700 meter dari permukaan laut] , kecamatan Pariangan, Sumatera Barat. nagari yang sungguh menakjubkan, yakin de siapa pun yang pernah ke sana tak akan pernah bosan dengan alamnya, eksotis banget, Subhanallah sangat [terkagum-kagum]. Sungai Jambu termasuk nagari tertua di Sumatera Barat, dialiri oleh 3 batang sungai dan dilatar belakangi oleh Gunung Marapi . bagaimana zee bisa kenal dengan desa ini? jawabannya adalaaaaahh... taraaaaa... [dasar zee stres] itu kampung halaman zee, hehe... di desa ini mama tercinta dilahirkan dan dibesarkan. nah, bagi yang suka narsis, sampe capek silahkan berfutu-futu ria, tak kan pernah puas. zee aja setiap pulkam ga pernah puas berfutu-futu [ntah apa karna futu grafernya y...

Yang Penting Nulis

Kuingin menulis, tapi tidak tahu apa yang ingin ditulis. Sekadar menulis, meluapkan 2 ribu kata yang sepertinya tidak begitu tersalurkan hari ini. Penting? Penting. Biar rasa-rasa yang tak diperlukan tubuh lepas, puas, bebas. Kuingin menulis. Entah itu tentang hati, hidup, atau umumnya yang dibicarakan. Namun, saat ini hati sedang tidak ingin berpikir. Maka, kutulis saja apa yang dirasa kepala. Walaupun hanya serangkai kalimat, bukan kata-kata yang sarat makna. Kuingin menulis y ang kadang mempunyai makna yang tersirat. Namun, kali ini, aku tidak akan menyiratkan suatu makna dalam tulisan ini. Hanya ingin menulis disaat kutak tau harus berpikir apa. Kata-kataku hanyalah biasan kecil dari hati. Sebuah catatan kecil yang kutulis saat mata harus terpejam untuk menjalani hari esok bersama senyuman. Bersama tawa si Kecil. Bersama kasih darimu. Bersama doa untuk yang tercinta.

Me-review

Lama ingin belajar me-review buku. Cukup buku, kalau film mungkin nanti, saat kiddos gak nempel kayak prangko lagi. Nanti juga dicoba melihat kembali (baca : review) sebuah produk. Ini sekarang baru mau belajar. Belum pernah nulis. Jadi, mau mencatat dan menyimpan ilmu tentang me-review di sini. Me-review dalam bahasa Indonesia ; ulasan, atau komentar? Kira-kira seperti itu, ya. Hehehe. Kemarin tanya-tanya ke senior WaG KLIP, cara me-review buku : coba tulis apa bagusnya atau jeleknya apa yang bikin kita merekomendasikan film/ buku tersebut kalau boleh saran 3 poin ini : 1. yang disukai 2. yang ga disukai 3. plot cerita plot di akhir karena orang-orang toh bisa google sendiri bagaimana jalan ceritanya iya atau bahas karakternya bisa bahas penulisnya juga dan karya-karya sebelomnya, kan kemiripan cara mengakhiri ceritanya Sampai di sana, saya paham tapi belum juga mencoba untuk mereview. Hadehh. Kalau kita search di google, banyak. Namun, di sini, saya hanya ...