Langsung ke konten utama

Tak Bisa Percaya

Aku menunduk menahan gejolak di dada. Jari jemari ini saling mengait untuk mempertahankan mulut agar tidak mengeluarkan kata yang bisa membuat suasana semakin runyam. Kepala yang terasa panas, tetap kupaksa berfikir, bagaimana berucap pada lelaki yang begitu santai duduk di sampingku sambil bermain onet. Ish ....

"Sudahlah, Bu ... gak perlu dipikirin." ujarnya semakin santai tanpa beralih sedikitpun menatap smart phone-nya. Ish ... ish ... ish ....

"Gimana gak mikirin ... Ayah bisa gak, sih, berhenti sebentar? Ini kita lagi bicara serius!" Ujung-ujungnya nada suaraku naik juga satu oktaf. Gemes! Bagaimana dia sebegitu santainya setelah mengucapkan, 'aku gak percaya sama kamu'.

"Oke. Emang, Ibu maunya gimana?" Setelah menyimpan hp di sampingnya, lelaki itu merubah posisi duduknya menghadap penuh ke arahku.

"Harusnya Ibu yang nanya gitu, Ayah maunya Ibu gimana?" Suaraku melunak. Aku selalu grogi kalau sudah ditatap penuh seperti ini. Antara meleleh dan ... entahlah.

"Emang Ibu lagi mikirin apa, sih?" Keningnya berkerut menandakan dia tidak paham ada apa denganku. Hadeh.

"Tadi Ayah bilang, gak percaya sama Ibu. Maksudnya apa? Kalau Ayah gak percaya sama Ibu, gimana Ayah santai saat ninggalin anak-anak ke Ibu? Gimana Ayah percaya ke Ibu untuk mengatur keuangan?" tanyaku beruntun.

"Emang, ada Ayah ngomong gitu?" balasnya sambil mengulum bibir. Ish ... tak sengat juga nanti, tu, bibir. Eh ....

"Tadi 'kan, Ayah bilang gak percaya,"

"Ya, Ayah memang gak boleh percaya sama Ibu. Ntar Ayah berdosa dong, kalau percaya sama Ibu. Kita itu cuma boleh percaya pada Allah." Satu kecupan mendarat di pipiku, lalu dengan santai dia meninggalkanku yang ... ugh! Nyebalin!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

.sungai jambu.

apa yang terfikirkan oleh mu jika membaca judul HARAKA kali ini? kelamaan mikirnya, baca aja cerita HARAKA kali ini tentang "Desa ku yang Permai" hahaha... Sungai Jambu adalah sebuah nama nagari di Batu Sangkar. nagari ini terletak di pinggang gunung Marapi [ketinggian ±700 meter dari permukaan laut] , kecamatan Pariangan, Sumatera Barat. nagari yang sungguh menakjubkan, yakin de siapa pun yang pernah ke sana tak akan pernah bosan dengan alamnya, eksotis banget, Subhanallah sangat [terkagum-kagum]. Sungai Jambu termasuk nagari tertua di Sumatera Barat, dialiri oleh 3 batang sungai dan dilatar belakangi oleh Gunung Marapi . bagaimana zee bisa kenal dengan desa ini? jawabannya adalaaaaahh... taraaaaa... [dasar zee stres] itu kampung halaman zee, hehe... di desa ini mama tercinta dilahirkan dan dibesarkan. nah, bagi yang suka narsis, sampe capek silahkan berfutu-futu ria, tak kan pernah puas. zee aja setiap pulkam ga pernah puas berfutu-futu [ntah apa karna futu grafernya y

ku persembahkan untuk...

Alhamdulillahirabbilalamin... akhirnya zii terbebas juga dari kertas-kertas bermasalah [istilah skripsi oleh 2 sobat maya..] mau pamer halaman persembahan ni ceritanya, reading-reading aja yah :) “Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.  (QS. Lukman: 27) Alhamdulillahirrabil’alamin Sebuah langkah usai sudah Satu cita telah ku gapai Namun… Itu bukan akhir dari perjalanan Melainkan awal dari satu perjuangan Setulus hatimu mama, searif arahanmu papa Doamu hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan jalanku Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malam mu Dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju hari depan yang cerah Kini diriku telah selesai dalam studi sarjana Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah,

Reuni (POV Dezia)

Aku mengatakannya sebagai preman kampus tapi dia dikenal sebagai kapten. Rambut panjang sebahu, wajahnya seroman rambo, sangar tapi tampan. Tidak ada yang tidak mengenalnya, bahkan angkatan setelah dia lulus. Kata teman perempuannya sikap kapten Gema itu membuai tapi bangsat. Kata teman laki-lakinya Gema itu teman yang asik disegala suasana. Maka tak heran saat ini semua mata tertuju padanya yang berjenggot dan bercelana cingkrang, juga aku yang berniqab. Semua orang seakan tidak percaya pada apa yang dilihatnya. "Wess ... akhirnya Kapten kita hadir juga." Sapaan dari arah barat menghentikan langkah kami. Genggaman di tanganku terasa semakin erat saat langkah dibimbing Bang Gema ke arah panggilan tadi. Aku mengenal mereka sebagai teman dekat Abang selama kuliahnya. Sama-sama salah jalan. Dulu. Sindiran dan tawa menjadi pembuka saat kami sampai di sana. Beberapa kali tertangkap Abang melirik ke arahku. Aku tahu dia khawatir, aku bahkan lebih mengkhawatirkan hati kusendiri. Deg