Masih tentang pemahaman seksualitas pada anak.
Duh, berat. Namun sesuai materi yang dibagikan Insyaallah sedikit-sedikit sudah mulai ibu terapkan pada 2H.
Kebiasaan menutup aurat semenjak sekarang. Memakai handuk setelah mandi ke kamar atau langsung membawa baju ke kamar mandi. Mengenalkan apa itu mahram, siapa saja mahramnya. Menekankan, "siapapun tidak boleh memegang badanmu, apalagi bagian aurat."
Kemaluan mereka saya sebut aurat. Bagian tubuh yang tidak boleh dilihat siapapun. Mungkin menunggu beberapa tahun lagi baru memperkenalkan nama sebenarnya, hehehe.
Nah, kebetulan kemarin Uda cerita tentang cewek dan cinta. Baru kelas 1 SD ini, ya Rabb.
"Kata si itu, Bu, cewek itu cintanya dia." Uda cerita sambil tertawa-tawa berdua dengan Uni. Saya yakin tertawa mereka karna baru mendengar kata yang baru, bukan karena ceritanya.
Uda dan Uni memang sereceh itu. Mendengar kata baru bisa terbahak-bahak. Saya jadi ikutan tertawa mendengar keseruan mereka.
Setelah tawa mereka mulai reda, barulah ibu nanya, "Uda Uni tau apa arti cewek itu?"
Benar 'kan mereka sama sekali tidak tahu artinya.
"Kalau cinta?"
"Cinta itu yang luv-luv itu 'kan, Bu?
Pikiran mereka gambar hati. Hahaha.
"Cewek itu sama dengan perempuan, padusi kalau di kita. Boleh gunakan kata cewek tapi lebih bagus pakai kata padusi atau perempuan. Oke?"
Mereka cuma angguk-angguk.
"Kalau cinta itu gimana, Bu?" tanya Uda kayaknya memang penasaran sedari tadi.
"Cinta itu sama dengan sayang. Tapi sayang banget. Bilang gini sama teman Uda, cinta itu cuma pada Allah, Nabi Muhammad, trus sama ayah-ibu."
"Kalau ke cewek, Bu?"
"Boleh tapi kalau udah nikah. Udah besar kayak ayah. Ayah cinta ke ibu, atuk ke nenek. Yang seperti itu."
"Brarti Hasyim cinta ke istri Hasyim besok kalau udah besar ya, Bu?"
Ibu terperangah, Nak. Tawa ibu jadi lepas.
Ais, kenapa jadi susah gini? Apa dibiarkan seperti saya dididik dulu? Tahu dengan sendirinya?
Makin menakutkan.
Bismillah sajalah.
Komentar
Posting Komentar
Komentar darimu membangun Imajinasiku