Geng putih mengkilap tadi tampak begitu terkejut, tampang yang tadi jutek, sombong, seketika ciut melihat kedatangan Diky, cowok yang baru saja mereka bicarakan. Sedangkan Qia, tidak ada yang berubah dari wajahnya, tetap polos. "Eh, Ky," cengirnya. "Gak ada apa-apa, kok. Cuma kenalan sama junior aja, ya gak Gaes?" jawab Berlian meminta dukungan pada teman-temannya. Serempak mereka mengangguk-angguk centil yang membuat Qia dan Gita merotasi bola matanya. "Permisi ya, Kakak-kakak. Kami harus masuk kelas." Tanpa menunggu jawaban dari para senior itu, Qia menarik tangan Gita. Memang, bel masuk menandakan jam istirahat telah selesai sudah berbunyi. "Gak sopan," oceh Berlian sesaat setelah Qia pergi. Namun, saat akan beralih ke Diky, cowok itu memilih mengikuti Qia. "Eh, Ky, mau ke mana?" Jari lentiknya menahan langkah Diky. "Bukan mahram!" hentak Diky dingin ke Berlian. "Sok alim. Tapi masih pengen dekat-dekat cewek," uja...
Ketika Kita Menjadi Kata