Langsung ke konten utama

Catatan Saja

Sebelumnya (klik)


Kalimat terakhir kemarin aku menulis, 'salah satunya'. Bukan salah satunya, tapi satu-satunya. Itu sudah kuedit.


Jadi, dua tahun yang lalu, aku yang baru mengenal Islam lebih dalam, sedikit terkaget-kaget. 'Eh, kenapa ada kelompok-kelompok gitu di Islam?'


Ada Islam liberal. Ahlus sunnah wal jamaah. Jamaah tabligh. Salafi, dan yang lain yang masih banyak yang tidak kutahui. Semua itu aku ketahui hanya dari mulut, tidak diberitahu. Sebagai umat muslim, bukankah kita diwajibkan menuntut ilmu? Mencari tahu itu sama dengan menuntut ilmu 'kan?


Sedikit tentang pemikiranku tentang mencari ilmu dan dosa. Di dalam Islam, jika melakukan suatu kesalahan tanpa diri ketahui bahwa itu adalah sebuah dosa, maka diri terlepas dari hukuman dosa.


Jadi, karena kutahu dalil ini dari dulu, maka kujadikanlah hal itu sebagai alasan untuk tidak mencari tahu apakah perbuatan itu dosa atau tidak. Eh, ternyata itu sebuah kesalahan besar. Karena seorang muslim itu, wajib menuntut ilmu (HR. Ibnu Majah).


Maka, sejak beberapa hari lalu, aku menjadi semangat mempelajari semua yang berhubungan dengan agamaku, Islam. Iya, baru beberepa hari lalu aku tuh, dapat jawaban "gak usah mencari taulah", yang ternyata itu sama saja dengan 'tidak mau tahu'. Sangat jauh dari 'tidak tahu'.


So, hati-hatilah dari sekarang, antara "tidak tahu" dengan "tidak mau tahu" terhadap perkara hukum agamamu.


Kembali lagi tentang kelompok-kelompok Islam yang baru aku ketahui. Aku mulai searching apa itu kelompok-kelompok tersebut. Di sini aku menyorot salafi saja.


"Itu yang kumalaskan dari salafi, sudah jelas pemerintah bertindak sewenang-wenang, malah diam. Tidak ada suara darinya."


Dari pernyataan itulah aku penasaran, 'iya, ya. Kenapa kelompok itu tidak terdengar protes? Bahkan sudah terlalu banyak ustadz diintimidasi pemerintah.'


Aku bukan rakyat yang suka protes juga terhadap pemerintah, tapi akan tersinggung jika Islam dicaci maki. Ya ... seperti umat Islam kebanyakkanlah. Beribadah hanya segelintir, tapi jika agamanya disinggung, berani maju paling depan.


Aku gak ke depan-depan amatlah, hehe. Tetapi, ikut menyuarakan isi hati lewat status-status gaje. Pun, dengan suami.


Itu dulu.


Maka, semenjak tahu mengapa salafi diam sekalipun pemerintah zalim, aku ikut diam. Insyaallah tetap mendoakan.


Begini, saat zaman Rasulullah, atau masa khulafaur rasyidin, bukankah juga ada pemerintahan atau penguasa yang zalim terhadap rakyatnya. Namun, Rasulullah tegas mengatakan, "Dengar dan taatlah, meskipun dipukul punggungmu dan diambil hartamu dengan zalim, dengar dan taatlah" (HR. Muslim)


Hadist itu shahih, gaes, sahih! Nabi Muhammad teladan kita, right? Lalu kenapa tidak kita teladani? Mengapa Rasulullah melarang kita melawan pada penguasa?


Namanya saja penguasa. Bisa menguasai apapun, siapapun, bahkan di manapun. Mempunyai banyak kaki dan tangan yang siap melenyapkan apa saja, bahkan nyawa. Itulah, kenapa Rasulullah meminta kita tetap diam kepada pemerintah yang zalim. Agar tidak ada pertumpahan darah.


Terbukti 'kan, ada kejadian kemarin? Tidak hanya sekali atau dua kali, sering.


Terus, apa kita diam saja sementara pemerintah sudah sangat sewenang-wenang? Apa yang bisa kita lakukan selain mendoakan mereka?


Aku juga gemas jika diri hanya bisa diam terhadap mereka yang zalim. Selanjutnya, ya, dijelaskan bagaiman sikap kita selain berdoa terhadap pemerintah yang zalim. Aku juga sedang mencari tahu.


Duh ... jauh dan berat deh, jadinya catatan kali ini. Maaf (afwan).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

.sungai jambu.

apa yang terfikirkan oleh mu jika membaca judul HARAKA kali ini? kelamaan mikirnya, baca aja cerita HARAKA kali ini tentang "Desa ku yang Permai" hahaha... Sungai Jambu adalah sebuah nama nagari di Batu Sangkar. nagari ini terletak di pinggang gunung Marapi [ketinggian ±700 meter dari permukaan laut] , kecamatan Pariangan, Sumatera Barat. nagari yang sungguh menakjubkan, yakin de siapa pun yang pernah ke sana tak akan pernah bosan dengan alamnya, eksotis banget, Subhanallah sangat [terkagum-kagum]. Sungai Jambu termasuk nagari tertua di Sumatera Barat, dialiri oleh 3 batang sungai dan dilatar belakangi oleh Gunung Marapi . bagaimana zee bisa kenal dengan desa ini? jawabannya adalaaaaahh... taraaaaa... [dasar zee stres] itu kampung halaman zee, hehe... di desa ini mama tercinta dilahirkan dan dibesarkan. nah, bagi yang suka narsis, sampe capek silahkan berfutu-futu ria, tak kan pernah puas. zee aja setiap pulkam ga pernah puas berfutu-futu [ntah apa karna futu grafernya y

ku persembahkan untuk...

Alhamdulillahirabbilalamin... akhirnya zii terbebas juga dari kertas-kertas bermasalah [istilah skripsi oleh 2 sobat maya..] mau pamer halaman persembahan ni ceritanya, reading-reading aja yah :) “Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.  (QS. Lukman: 27) Alhamdulillahirrabil’alamin Sebuah langkah usai sudah Satu cita telah ku gapai Namun… Itu bukan akhir dari perjalanan Melainkan awal dari satu perjuangan Setulus hatimu mama, searif arahanmu papa Doamu hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan jalanku Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malam mu Dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju hari depan yang cerah Kini diriku telah selesai dalam studi sarjana Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah,

Reuni (POV Dezia)

Aku mengatakannya sebagai preman kampus tapi dia dikenal sebagai kapten. Rambut panjang sebahu, wajahnya seroman rambo, sangar tapi tampan. Tidak ada yang tidak mengenalnya, bahkan angkatan setelah dia lulus. Kata teman perempuannya sikap kapten Gema itu membuai tapi bangsat. Kata teman laki-lakinya Gema itu teman yang asik disegala suasana. Maka tak heran saat ini semua mata tertuju padanya yang berjenggot dan bercelana cingkrang, juga aku yang berniqab. Semua orang seakan tidak percaya pada apa yang dilihatnya. "Wess ... akhirnya Kapten kita hadir juga." Sapaan dari arah barat menghentikan langkah kami. Genggaman di tanganku terasa semakin erat saat langkah dibimbing Bang Gema ke arah panggilan tadi. Aku mengenal mereka sebagai teman dekat Abang selama kuliahnya. Sama-sama salah jalan. Dulu. Sindiran dan tawa menjadi pembuka saat kami sampai di sana. Beberapa kali tertangkap Abang melirik ke arahku. Aku tahu dia khawatir, aku bahkan lebih mengkhawatirkan hati kusendiri. Deg