Langsung ke konten utama

Writing for Healing : Insecure

Kamu tau posisi yang paling membuat seorang perempuan mudah baper, sensi, insecure, atau sejenisnya? Bukan posisi ehm, tapi posisi sebagai peran, yaitu sebagai seorang istri. Ini salah satu kisahku.

"Zi, pindah duduk sana," perintah Uda saat ada tamu sedang datang berkunjung.

Saat itu, kakak ipar baru melahirkan. Aku yang baru saja bergabung dengan keluarga ini, belum begitu banyak mengenal tradisi di sini. Jadi, ada istilahnya bagian atas dan bagian bawah rumah, padahal lantai rumah datar, tidak bertingkat.

Bagian atas di sini maksudnya, arah pintu depan, sedangkan bagian bawah arah pintu ke belakang. Jika ada tamu yang disegani, seperti besan, maka mereka ditempatkan duduk di bagian atas. Jadi, ketika itu aku duduk di bagian atas saat besan Ibu datang menengok cucu. Aku yang tidak mengerti, disuruh pindah duduk merasa di usir, jadi memilih masuk ke kamar.

Selepas para tamu pulang, si Uda masuk. "Kenapa malah masuk kamar?" tanyanya terlihat hati-hati.

Mungkin, waktu itu Uda juga merasa malu kali ya, aku masuk ke kamar. "Bukannya tadi disuruh pergi?" jawabku membalas dengan pertanyaan.

"Uda suruh pindah duduk, bukan pergi," jelasnya namun tidak jelas bagiku. Aku memilih diam. Ini bukan pertama kali aku disuruh pindah duduk, atau memang disuruh ke mana saat ada tamu datang.

Saat itu, sebenarnya aku merasa iba hati. Seperti tidak bagian dari keluarga, atau bahkan tidak dianggap. Mencoba bersikap masa bodoh, tapi kok, jadi baper saat ditegur Paksu. Akhirnya, setiap ada tamu, kalau aku ingin pindah duduk, ya pindah. Namun, ada juga aku pura-pura tidak tahu. Barulah setelah tujuh tahun berlalu aku mengerti.

Astaga, ini hanya salah paham saja. Tepatnya, aku yang mencoba cuek karena keburu insecure tadi. Pelajaran juga bagiku, sebelum merasa-rasa, baiknya dicari tahu kenapa diri bisa merasa rendah. Karena anggapan rendah akan diri sendiri itu malah menjatuhkan harga diri sendiri di mata orang lain. Padahal, manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah, right? Lalu, kenapa hanya karena perkataan orang kita menjadi insecure?

Seperti halnya juga, saat diajak pergi bertemu teman-teman Paksu. Lalu, ada teman perempuannya yang tertawa bareng, sok akrab kalau di mata istri. Aku auto menilai penampilan perempuan tadi.

"Gayanya oke, sih. Tapi masih cakepan aku."

"Tapi cakep masih kalah kalau gak dandan."

Ditambah perbincangan mereka tentang kerjaan yang tidak menyambung sama sekali di otakku. Merasa dia lebih pintar dari pada diri sendiri. Padahal, ya wajar tidak dimengerti, bukan kegiatan sehari-harinya kepala. Coba ajak bicara literasi dengan mereka, giliran mereka yang ngango. Ya 'kan?

Lalu aku ingat drakor Mars, scane di mana Vic Zhou bertemu teman perempuannya, sementara (lupa siapa nama pemeran perempuannya) pacarnya ada di samping. Lalu, Vic Zhou menggenggam tangan sang pacar di bawah meja karena sadar doi merasa sendiri di tengah pembicaraan. Berharap Paksu melakukan hal romantis seperti itu. Sudah memandang-mandang memberi kode, eh malah dikasih air mineral. Jan ngareplah!

Sebagai istri, sepertinya perasaan terlalu bergantung pada suami. Cara ngomong, cara bersikap, suami begitu mempengaruhi suasana hati. Padahal maksud suami tidak demikian, aku menyimpulkan demikian, trus jadi mewek sendiri. Ckckck.

Sampai saat ini, apapun itu, bagaimanapun itu, siapapun itu, selalu mencoba untuk berpikir positif saja. Bahwa, Allah tahu yang terbaik untuk diri ini. Asal jangan sampai insecure ibadah saja, bisa menang musuh yang paling nyata itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

.sungai jambu.

apa yang terfikirkan oleh mu jika membaca judul HARAKA kali ini? kelamaan mikirnya, baca aja cerita HARAKA kali ini tentang "Desa ku yang Permai" hahaha... Sungai Jambu adalah sebuah nama nagari di Batu Sangkar. nagari ini terletak di pinggang gunung Marapi [ketinggian ±700 meter dari permukaan laut] , kecamatan Pariangan, Sumatera Barat. nagari yang sungguh menakjubkan, yakin de siapa pun yang pernah ke sana tak akan pernah bosan dengan alamnya, eksotis banget, Subhanallah sangat [terkagum-kagum]. Sungai Jambu termasuk nagari tertua di Sumatera Barat, dialiri oleh 3 batang sungai dan dilatar belakangi oleh Gunung Marapi . bagaimana zee bisa kenal dengan desa ini? jawabannya adalaaaaahh... taraaaaa... [dasar zee stres] itu kampung halaman zee, hehe... di desa ini mama tercinta dilahirkan dan dibesarkan. nah, bagi yang suka narsis, sampe capek silahkan berfutu-futu ria, tak kan pernah puas. zee aja setiap pulkam ga pernah puas berfutu-futu [ntah apa karna futu grafernya y

ku persembahkan untuk...

Alhamdulillahirabbilalamin... akhirnya zii terbebas juga dari kertas-kertas bermasalah [istilah skripsi oleh 2 sobat maya..] mau pamer halaman persembahan ni ceritanya, reading-reading aja yah :) “Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.  (QS. Lukman: 27) Alhamdulillahirrabil’alamin Sebuah langkah usai sudah Satu cita telah ku gapai Namun… Itu bukan akhir dari perjalanan Melainkan awal dari satu perjuangan Setulus hatimu mama, searif arahanmu papa Doamu hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan jalanku Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malam mu Dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju hari depan yang cerah Kini diriku telah selesai dalam studi sarjana Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah,

Reuni (POV Dezia)

Aku mengatakannya sebagai preman kampus tapi dia dikenal sebagai kapten. Rambut panjang sebahu, wajahnya seroman rambo, sangar tapi tampan. Tidak ada yang tidak mengenalnya, bahkan angkatan setelah dia lulus. Kata teman perempuannya sikap kapten Gema itu membuai tapi bangsat. Kata teman laki-lakinya Gema itu teman yang asik disegala suasana. Maka tak heran saat ini semua mata tertuju padanya yang berjenggot dan bercelana cingkrang, juga aku yang berniqab. Semua orang seakan tidak percaya pada apa yang dilihatnya. "Wess ... akhirnya Kapten kita hadir juga." Sapaan dari arah barat menghentikan langkah kami. Genggaman di tanganku terasa semakin erat saat langkah dibimbing Bang Gema ke arah panggilan tadi. Aku mengenal mereka sebagai teman dekat Abang selama kuliahnya. Sama-sama salah jalan. Dulu. Sindiran dan tawa menjadi pembuka saat kami sampai di sana. Beberapa kali tertangkap Abang melirik ke arahku. Aku tahu dia khawatir, aku bahkan lebih mengkhawatirkan hati kusendiri. Deg