Langsung ke konten utama

Ulasan Cerita Anak

Ulasan atau review dalam dunia literasi berarti, menguliti hasil tulisan seseorang. Menguliti tidak hanya kesalahan-kesalahan dalam penulisan, tapi juga membahas tentang kelebihan suatu tulisan.

Biasanya, sih, yang memberi ulasan pada sebuah tulisan adalah seorang penulis yang jam terbangnya sudah tinggi. Tapi, saya, penulis yang terbangnya masih bisa diterkam kucing terus tergeletak pake lama pula dan susah untuk bangkit lagi (halahh ... malah curhat), memberanikan diri memberi review pada sebuah tulisan cerita anak dalam antologi dari IP Bekasi.

Sebelumnya, saya sungkem dulu sama senior-senior rumbel menulis IP Bekasi. Maafkan, jika tidak berkenan, nyatanya sudah saya kuliti. Hehehe.

Antologi dari kelas Rumbel Menulis IIP Bekasi pada tahun 2016 ini, kombinasi antara puisi dan cerita anak. Jika dilihat dari cover, buku antologi ini cukup menarik, apalagi judulnya yang menarik hati yaitu, "Duduk Sini Nak".

Judul buku tersebut adalah salah satu puisi yang ada di dalam antologi puisi. Bagi saya yang tidak pandai bermain diksi, puisi-puisi tersebut menyentuh kalbu seorang ibu. Membacanya menimbulkan kaca-kaca di pelupuk mata. Kata-kata yang penuh diksi tapi menyiratkan kebenaran hati seorang ibu, membuat pembaca berpikir, "Kelak, aku akan berada di fase ini. Apa yang harus kulakukan agar tidak ada penyesalan?"

Eh, itu saya, sih.

Setelah halaman-halaman puisi berlalu, kita masuk ke cerita anak, yang menjadi perhatian saya adalah tanda baca dan cara penulisannya yang jelas terlihat. Beberapa spasi ada yang melompat, juga tanda titik atau koma yang tidak sesuai tata letaknya. Sepanjutnya, saya mengambil satu cerita anak dari mbak Inggil Windiarti, yang berjudul "Rencana Allah, Rencana Kita", karena satu-satunya yang memakai POV satu.



Alif, sebagai peran utama di kisah ini, mengajak teman-teman pembacanya untuk belajar ikhlas, menyadari bahwa apa yang kita rencakan, belum tentu akan sesuai dengan harapan. Namun, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.

Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan cara orang tua memahami perasaan seorang anak. Hanya saja, gaya bahasa yang digunakan penulis untuk seorang anak balita yang bercerita, realitanya, usia tersebut anak belum bisa mengungkapkan apa yang dirasa melalui kata-kata. Maka, orang tualah yang bertanya apa yang tengah mereka rasakan.

Dari tulisan, Alif belum usia sekolah. Terbaca dari situasi yang digambarkan saat Alif diajak ke perpustakaan pada hari kerja saat pagi hari.

Kemudian, penggunaan kata yang belum biasa digunakan anak usia balita atau pra sekolah, seperti kata fresh. Lain cerita, jika si anak sudah biasa berbahasa Inggris di rumah. Itu ... hanya Tuhan dan penulis yang tahu.

Selain catatan literasi di atas, makna dan feel cerita sampai pada pembaca. Tips dari saya saat menulis cerita anak menggunakan POV satu, usia berapa yang akan dijadikan karakter, maka riset dulu bagaimana gaya bahasa dan tingkah pola yang digunakan saat usia tersebut.

Sekian dari saya, pengulas kemarin senja. Semoga bermanfaat ^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

.sungai jambu.

apa yang terfikirkan oleh mu jika membaca judul HARAKA kali ini? kelamaan mikirnya, baca aja cerita HARAKA kali ini tentang "Desa ku yang Permai" hahaha... Sungai Jambu adalah sebuah nama nagari di Batu Sangkar. nagari ini terletak di pinggang gunung Marapi [ketinggian ±700 meter dari permukaan laut] , kecamatan Pariangan, Sumatera Barat. nagari yang sungguh menakjubkan, yakin de siapa pun yang pernah ke sana tak akan pernah bosan dengan alamnya, eksotis banget, Subhanallah sangat [terkagum-kagum]. Sungai Jambu termasuk nagari tertua di Sumatera Barat, dialiri oleh 3 batang sungai dan dilatar belakangi oleh Gunung Marapi . bagaimana zee bisa kenal dengan desa ini? jawabannya adalaaaaahh... taraaaaa... [dasar zee stres] itu kampung halaman zee, hehe... di desa ini mama tercinta dilahirkan dan dibesarkan. nah, bagi yang suka narsis, sampe capek silahkan berfutu-futu ria, tak kan pernah puas. zee aja setiap pulkam ga pernah puas berfutu-futu [ntah apa karna futu grafernya y

ku persembahkan untuk...

Alhamdulillahirabbilalamin... akhirnya zii terbebas juga dari kertas-kertas bermasalah [istilah skripsi oleh 2 sobat maya..] mau pamer halaman persembahan ni ceritanya, reading-reading aja yah :) “Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.  (QS. Lukman: 27) Alhamdulillahirrabil’alamin Sebuah langkah usai sudah Satu cita telah ku gapai Namun… Itu bukan akhir dari perjalanan Melainkan awal dari satu perjuangan Setulus hatimu mama, searif arahanmu papa Doamu hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan jalanku Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malam mu Dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju hari depan yang cerah Kini diriku telah selesai dalam studi sarjana Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah,

Reuni (POV Dezia)

Aku mengatakannya sebagai preman kampus tapi dia dikenal sebagai kapten. Rambut panjang sebahu, wajahnya seroman rambo, sangar tapi tampan. Tidak ada yang tidak mengenalnya, bahkan angkatan setelah dia lulus. Kata teman perempuannya sikap kapten Gema itu membuai tapi bangsat. Kata teman laki-lakinya Gema itu teman yang asik disegala suasana. Maka tak heran saat ini semua mata tertuju padanya yang berjenggot dan bercelana cingkrang, juga aku yang berniqab. Semua orang seakan tidak percaya pada apa yang dilihatnya. "Wess ... akhirnya Kapten kita hadir juga." Sapaan dari arah barat menghentikan langkah kami. Genggaman di tanganku terasa semakin erat saat langkah dibimbing Bang Gema ke arah panggilan tadi. Aku mengenal mereka sebagai teman dekat Abang selama kuliahnya. Sama-sama salah jalan. Dulu. Sindiran dan tawa menjadi pembuka saat kami sampai di sana. Beberapa kali tertangkap Abang melirik ke arahku. Aku tahu dia khawatir, aku bahkan lebih mengkhawatirkan hati kusendiri. Deg