Langsung ke konten utama

Ke Surga, Yuk, Nak ....

Pusing ya, Moms, kalau si kecil sedang menginginkan sesuatu, harus dapat sekarang, saat ini juga!

Ya, kalau kondisi kejiwaan sang emak sedang slow, bisa dengan sabar melayani atau setidaknya memberi penjelasan untuk mengerti. Nah, kalau kejiwaan sedang high? "Kalau gak mau nunggu, ambil sendiri!"

Lalu si anak makin merengek, si mamak makin kesal, semakin ribut, berakhir dengan kekecewaan dan penyesalan. Huft!

Saya dapat beberapa kalimat untuk mengantisipasi anak yang meminta sesuatu, harus dapat sekarang.

Kemarin, di saat kondisi kewarasan Ibu sedang normal (helehh), terjadilah percakapan santai.

Lupa bicara apa diawal, yang ingat tiba-tiba Hasyim bilang, "kalau mau cepat dapat, besok di surga. Ya, kan, Bu?"

"Benar. Kalau di surga, mau apa saja langsung dapat. Tanpa menunggu atau berusaha dulu."

"Boleh makan permen, Bu?

"Boleh."

"Main hujan terus, Bu"

"Sepuasnya."

"Gak makan nasi, makan es krim terus, Bu?" Ini nak gadis yang maniak es krim yang nanya.

"Boleh. Mau es krim apa aja, ada."

"Wah ...," sumringah banget doi.

"Boleh gak tidur, Bu?"

"Memang, Uda mau ngapain gak mau tidur?"

"Main terus. Main di halaman. Gak ibu larang-larang, kan main di halaman kalau di surga?"

"Hahaha ... gak. Bebas. Kalau di surga, apapun gak akan ibu larang. Terserah Uda dan Uni mau ngapain aja, mau makan apa aja,"

"Nonton lama lama lama lama lama, Bu?"

"Boleh."

"Mata, gak jadi sakit 'kan, Bu?"

"Kalau kita di surga, ga sakit-sakit kok," Uda yang menjawab tanya Hafshah.

"Wih ... seru!" Sesumringah gitu Hafshah. Sudah membayangkan kayaknya.

"Tapi, gimana caranya biar kita sampai di surga?"

"Shalat, puasa," sorak keduanya bergantian.

"Mengerjakan semua yang disuruh Allah. Tidak melakukan apa yang dilarang Allah."

"Oke, Bu." Masih semangat.

"Bersabar kalau ibu larang-larang,"

Kriiik
Kriiik
Kriiik

Komentar

Postingan populer dari blog ini

.sungai jambu.

apa yang terfikirkan oleh mu jika membaca judul HARAKA kali ini? kelamaan mikirnya, baca aja cerita HARAKA kali ini tentang "Desa ku yang Permai" hahaha... Sungai Jambu adalah sebuah nama nagari di Batu Sangkar. nagari ini terletak di pinggang gunung Marapi [ketinggian ±700 meter dari permukaan laut] , kecamatan Pariangan, Sumatera Barat. nagari yang sungguh menakjubkan, yakin de siapa pun yang pernah ke sana tak akan pernah bosan dengan alamnya, eksotis banget, Subhanallah sangat [terkagum-kagum]. Sungai Jambu termasuk nagari tertua di Sumatera Barat, dialiri oleh 3 batang sungai dan dilatar belakangi oleh Gunung Marapi . bagaimana zee bisa kenal dengan desa ini? jawabannya adalaaaaahh... taraaaaa... [dasar zee stres] itu kampung halaman zee, hehe... di desa ini mama tercinta dilahirkan dan dibesarkan. nah, bagi yang suka narsis, sampe capek silahkan berfutu-futu ria, tak kan pernah puas. zee aja setiap pulkam ga pernah puas berfutu-futu [ntah apa karna futu grafernya y

ku persembahkan untuk...

Alhamdulillahirabbilalamin... akhirnya zii terbebas juga dari kertas-kertas bermasalah [istilah skripsi oleh 2 sobat maya..] mau pamer halaman persembahan ni ceritanya, reading-reading aja yah :) “Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.  (QS. Lukman: 27) Alhamdulillahirrabil’alamin Sebuah langkah usai sudah Satu cita telah ku gapai Namun… Itu bukan akhir dari perjalanan Melainkan awal dari satu perjuangan Setulus hatimu mama, searif arahanmu papa Doamu hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan jalanku Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malam mu Dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju hari depan yang cerah Kini diriku telah selesai dalam studi sarjana Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah,

Reuni (POV Dezia)

Aku mengatakannya sebagai preman kampus tapi dia dikenal sebagai kapten. Rambut panjang sebahu, wajahnya seroman rambo, sangar tapi tampan. Tidak ada yang tidak mengenalnya, bahkan angkatan setelah dia lulus. Kata teman perempuannya sikap kapten Gema itu membuai tapi bangsat. Kata teman laki-lakinya Gema itu teman yang asik disegala suasana. Maka tak heran saat ini semua mata tertuju padanya yang berjenggot dan bercelana cingkrang, juga aku yang berniqab. Semua orang seakan tidak percaya pada apa yang dilihatnya. "Wess ... akhirnya Kapten kita hadir juga." Sapaan dari arah barat menghentikan langkah kami. Genggaman di tanganku terasa semakin erat saat langkah dibimbing Bang Gema ke arah panggilan tadi. Aku mengenal mereka sebagai teman dekat Abang selama kuliahnya. Sama-sama salah jalan. Dulu. Sindiran dan tawa menjadi pembuka saat kami sampai di sana. Beberapa kali tertangkap Abang melirik ke arahku. Aku tahu dia khawatir, aku bahkan lebih mengkhawatirkan hati kusendiri. Deg