Langsung ke konten utama

Curhat, gak, ya?

Berada di bawah atap yang sama dengan seseorang yang baru dikenal, atau pastinya seseorang yang baru masuk ke dalam hidup kita adalah suatu perkara yang sangat besar. Namun, bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan dengan tindakan-tindakan kecil yang kamu lakukan untuk dia. Tentunya, harus saling.

Aku menutup majalah edisi terbaru yang datang hari ini. Menghembuskan nafas dan sedikit termenung. Menikah itu berat memang, terutama untuk perempuan yang biasa menyimpan segala rasa di hatinya sendiri.

Ingin bercerita, takutnya jatuh ghibah, atau paling seram membokar aib pasangan, lalu terjadi fitnah. Namun, jika ditahan sendiri, rasanya nyesek banget. Harusnya pasangan bisa menjadi tempat ternyaman untuk bercerita. Apapun.

"Hei, Mbak. Ngelamun aja." Tepukkan Alisha di pundak cukup membuatku terlonjak, dan sedikit cemberut. "Maaf, maaf, gak maksud membuat Mbak kaget," lanjutnya memudarkan manyun di bibir.

"Al, menurut kamu, bercerita tentang pasangan ke orang lain, baik atau gak?"

Alisha mengerutkan keningnya, seperti memang berpikir jawabnya atau ingin menebak sesuatu dibalik pertanyaanku. "Baik. Demi menjaga kewarasan. Tapi, lebih baik langsung diomongin sama suami, Mbak."

Lagi, aku melepas nafas lelah. Gimana cara ngomongnya, kalau dia saja selalu enggan mendengarku bicara. Jangankan keluhanku tentang sikapnya, bercerita yang senang-senang aja, sering dicuekkin.

"Jangan lupa, doa juga, Mbak. Yakinlah, Allah gak pernah sia-sia memasangkan kita dengan dia. Jangan mikir yang macam-macam dulu sebelum bicara sama dia, yang ada nanti ciut duluan."

Alisha ini bijak banget kadang. Tapi, dimana-mana, semua nasehat memang menganjurkan komunikasikan dulu dengan pasangan, jika ada yang membebani pikiran dan hatimu. Memang, sih, sekalipun curhat ke teman tapi tidak dibicarakan dengan pasangan, sama saja gak selesai-selesai, tu problema.

"Kalau gak mau cerita, coba tulis aja, Mbak. Menulis bisa menjadi terapi jiwa, meluap juga, kok, emosi kita. Tulis semua yang dirasa."

"Oke, deh. Tingkyu, ya."

Saran terakhir dari Alisha, sepertinya bagus. Selain duduk berlama-lama di sajadah setelah shalat malam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

.sungai jambu.

apa yang terfikirkan oleh mu jika membaca judul HARAKA kali ini? kelamaan mikirnya, baca aja cerita HARAKA kali ini tentang "Desa ku yang Permai" hahaha... Sungai Jambu adalah sebuah nama nagari di Batu Sangkar. nagari ini terletak di pinggang gunung Marapi [ketinggian ±700 meter dari permukaan laut] , kecamatan Pariangan, Sumatera Barat. nagari yang sungguh menakjubkan, yakin de siapa pun yang pernah ke sana tak akan pernah bosan dengan alamnya, eksotis banget, Subhanallah sangat [terkagum-kagum]. Sungai Jambu termasuk nagari tertua di Sumatera Barat, dialiri oleh 3 batang sungai dan dilatar belakangi oleh Gunung Marapi . bagaimana zee bisa kenal dengan desa ini? jawabannya adalaaaaahh... taraaaaa... [dasar zee stres] itu kampung halaman zee, hehe... di desa ini mama tercinta dilahirkan dan dibesarkan. nah, bagi yang suka narsis, sampe capek silahkan berfutu-futu ria, tak kan pernah puas. zee aja setiap pulkam ga pernah puas berfutu-futu [ntah apa karna futu grafernya y

ku persembahkan untuk...

Alhamdulillahirabbilalamin... akhirnya zii terbebas juga dari kertas-kertas bermasalah [istilah skripsi oleh 2 sobat maya..] mau pamer halaman persembahan ni ceritanya, reading-reading aja yah :) “Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.  (QS. Lukman: 27) Alhamdulillahirrabil’alamin Sebuah langkah usai sudah Satu cita telah ku gapai Namun… Itu bukan akhir dari perjalanan Melainkan awal dari satu perjuangan Setulus hatimu mama, searif arahanmu papa Doamu hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan jalanku Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malam mu Dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju hari depan yang cerah Kini diriku telah selesai dalam studi sarjana Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah,

Reuni (POV Dezia)

Aku mengatakannya sebagai preman kampus tapi dia dikenal sebagai kapten. Rambut panjang sebahu, wajahnya seroman rambo, sangar tapi tampan. Tidak ada yang tidak mengenalnya, bahkan angkatan setelah dia lulus. Kata teman perempuannya sikap kapten Gema itu membuai tapi bangsat. Kata teman laki-lakinya Gema itu teman yang asik disegala suasana. Maka tak heran saat ini semua mata tertuju padanya yang berjenggot dan bercelana cingkrang, juga aku yang berniqab. Semua orang seakan tidak percaya pada apa yang dilihatnya. "Wess ... akhirnya Kapten kita hadir juga." Sapaan dari arah barat menghentikan langkah kami. Genggaman di tanganku terasa semakin erat saat langkah dibimbing Bang Gema ke arah panggilan tadi. Aku mengenal mereka sebagai teman dekat Abang selama kuliahnya. Sama-sama salah jalan. Dulu. Sindiran dan tawa menjadi pembuka saat kami sampai di sana. Beberapa kali tertangkap Abang melirik ke arahku. Aku tahu dia khawatir, aku bahkan lebih mengkhawatirkan hati kusendiri. Deg