Langsung ke konten utama

Keadaan Ini

Tadinya, saya tidak peduli dengan apa yang terjadi di luar sana. Bagaimana ributnya para politikus dan pemerintah dalam berebut kursi kekuasaan. Atau, sesuatu yang sedang tren. Bahkan, dua pekan lalu, saya tidak mengerti apa itu covid-19.

Toh, gak ada pengaruhnya dengan kami, atau keluarga tercinta. Namun, semakin ke sini, virus itu semakin meresahkan. Kemudian, harus mengikuti berita tentang virus tersebut.

Di sini, saya ingin memberi jejak. Kelak, akan dibaca ulang, atau dibaca oleh siapapun nantinya. Bahwa, Indonesia pernah darurat virus. Bukan hanya Ibu Pertiwi, tapi dunia, yang mengharuskan beberapa daerah, bahkan negara harus lockdown.

لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ 

Menghadapi polemik seperti saat ini, belum pernah saya rasakan sebelumnya. Baru kali ini. Rasanya, sedikit menakutkan dan bisa memancing datangnya stres.

Beruntung, Sumatera Barat belum mendapat kasus. Na'udzubillah. Jangan sampai ya, Rabb. Walaupun begitu, kami tetap was-was. Tetap sedih saat di pulau sana, kasus covid-19 setiap harinya meningkat, bahkan ada yang meninggal. Innalillahi.

Saya mencoba tenang, semakin meningkatkan ibadah. Mencoba menyelami, Allah, sedang menunjukkan kasihNya pada kita. Atau, apakah Allah sedang mengganti sebuah kaum? Apa sebenarnya telah mereka perbuat? Atau kita yang telah melakukan dosa?

Saya teringat beberapa hadist tentang suatu musibah yang diberi Allah pada hambaNya. Semoga, kita termasuk ke dalamnya.

Sabda dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

يَوَدُّ أَهْلُ الْعَافِيَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِينَ يُعْطَى أَهْلُ الْبَلَاءِ الثَّوَابَ لَوْ أَنَّ جُلُودَهُمْ كَانَتْ قُرِضَتْ فِي الدُّنْيَا بِالْمَقَارِيضِ

"Pada hari Kiamat ketika orang-orang yang di uji diberi pahala, orang-orang yang sehat menginginkan seandainya kulit-kulit mereka di dunia dipotong dengan gunting."

[HR. Turmudzi no.2402, Thabrani dalam as Shaghir 241, Ibnu Abi Dunya dalam Al Marodh wal Kaffaarot 202. Kata Al Munaawio rahimahullah dalam takhrij Ahadiits Al Mashobiih II:23: “Hasan“. Kata Al Albani rahimahullah dalam Shahih Al Jaami’ 8177: “Hasan“.]

Sementara itu, Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahkan mengisahkan:

دَخَلَ أَعْرَابِيٌّ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلْ أَخَذَتْكَ أُمُّ مِلْدَمٍ قَطُّ قَالَ وَمَا أُمُّ مِلْدَمٍ قَالَ حَرٌّ يَكُونُ بَيْنَ الْجِلْدِ وَاللَّحْمِ قَالَ مَا وَجَدْتُ هَذَا قَطُّ

Ada seorang arab badui menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apakah kamu pernah mengalami ummu mildam ?" orang badui itu bertanya: "Apa itu ummu mildam ?" beliau bersabda: "Demam yang ada di antara kulit dan daging". Orang badui itu berkata: "Aku tidak pernah mengalaminya sama sekali".

قَالَ فَهَلْ أَخَذَكَ هَذَا الصُّدَاعُ قَطُّ قَالَ وَمَا هَذَا الصُّدَاعُ قَالَ عِرْقٌ يَضْرِبُ عَلَى الْإِنْسَانِ فِي رَأْسِهِ قَالَ مَا وَجَدْتُ هَذَا قَطُّ فَلَمَّا وَلَّى قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا

Beliau bersabda: "Apakah kamu pernah mengalami shuda (pusing)" Orang badui itu bertanya; __"Apa itu shuda ?"__ Beliau bersabda: "Rasa sakit di kepala yang dirasakan oleh manusia". Orang badui itu berkata: "Aku tidak pernah mengalaminya sama sekali". Ketika orang badui itu pergi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang ingin melihat seorang dari penghuni Neraka, maka lihatlah orang badui ini".

[HR. Ahmad no.8395, Ibnu Hibban no.2916, Al Bazaar no.7981. Kata Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Mawaarid 580: “Hasan Shahih“. Kata Syaikh Muqbil rahimahullah dalam As Shahihul Muisnad 1281: “Hasan“]

Hadits tadi menunjukkan bahwa secara umum musibah terutama musibah sakit, justru merupakan tanda orang yang beriman. Bahkan bila ada orang yang nyaris total tidak pernah sakit, kita khawatir termasuk orang yang celaka.

Demikian pula musibah lainnya yang menimpa orang beriman, maka dari satu sisi itu merupakan tanda sayang Allah kepada kita untuk meringankan hisab kita kelak dihari kiamat. Maka bersabarlah.

Aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

.sungai jambu.

apa yang terfikirkan oleh mu jika membaca judul HARAKA kali ini? kelamaan mikirnya, baca aja cerita HARAKA kali ini tentang "Desa ku yang Permai" hahaha... Sungai Jambu adalah sebuah nama nagari di Batu Sangkar. nagari ini terletak di pinggang gunung Marapi [ketinggian ±700 meter dari permukaan laut] , kecamatan Pariangan, Sumatera Barat. nagari yang sungguh menakjubkan, yakin de siapa pun yang pernah ke sana tak akan pernah bosan dengan alamnya, eksotis banget, Subhanallah sangat [terkagum-kagum]. Sungai Jambu termasuk nagari tertua di Sumatera Barat, dialiri oleh 3 batang sungai dan dilatar belakangi oleh Gunung Marapi . bagaimana zee bisa kenal dengan desa ini? jawabannya adalaaaaahh... taraaaaa... [dasar zee stres] itu kampung halaman zee, hehe... di desa ini mama tercinta dilahirkan dan dibesarkan. nah, bagi yang suka narsis, sampe capek silahkan berfutu-futu ria, tak kan pernah puas. zee aja setiap pulkam ga pernah puas berfutu-futu [ntah apa karna futu grafernya y

ku persembahkan untuk...

Alhamdulillahirabbilalamin... akhirnya zii terbebas juga dari kertas-kertas bermasalah [istilah skripsi oleh 2 sobat maya..] mau pamer halaman persembahan ni ceritanya, reading-reading aja yah :) “Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.  (QS. Lukman: 27) Alhamdulillahirrabil’alamin Sebuah langkah usai sudah Satu cita telah ku gapai Namun… Itu bukan akhir dari perjalanan Melainkan awal dari satu perjuangan Setulus hatimu mama, searif arahanmu papa Doamu hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan jalanku Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malam mu Dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju hari depan yang cerah Kini diriku telah selesai dalam studi sarjana Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah,

Reuni (POV Dezia)

Aku mengatakannya sebagai preman kampus tapi dia dikenal sebagai kapten. Rambut panjang sebahu, wajahnya seroman rambo, sangar tapi tampan. Tidak ada yang tidak mengenalnya, bahkan angkatan setelah dia lulus. Kata teman perempuannya sikap kapten Gema itu membuai tapi bangsat. Kata teman laki-lakinya Gema itu teman yang asik disegala suasana. Maka tak heran saat ini semua mata tertuju padanya yang berjenggot dan bercelana cingkrang, juga aku yang berniqab. Semua orang seakan tidak percaya pada apa yang dilihatnya. "Wess ... akhirnya Kapten kita hadir juga." Sapaan dari arah barat menghentikan langkah kami. Genggaman di tanganku terasa semakin erat saat langkah dibimbing Bang Gema ke arah panggilan tadi. Aku mengenal mereka sebagai teman dekat Abang selama kuliahnya. Sama-sama salah jalan. Dulu. Sindiran dan tawa menjadi pembuka saat kami sampai di sana. Beberapa kali tertangkap Abang melirik ke arahku. Aku tahu dia khawatir, aku bahkan lebih mengkhawatirkan hati kusendiri. Deg