Langsung ke konten utama

Kebahagiaan Kecil IPers Komunitas IP Padang

 Bahagia Selama Pandemi?


Sebagian besar manusia tiba-tiba merasa terkekang sejak hadirnya covid-19. Tidak bebas. Terpenjara, atau apalah namanya. Semua itu tidaklah lepas dari kuasa-Nya. Selalu ada hikmah untuk hamba yang sabar dalam menghadapi cobaan.

Benar?

Aku bukanlah orang yang sebijak itu dalam menghadapi cobaan. Hanya ingin selalu bersyukur di setiap keadaan.

Ehm.

Kali ini aku bukan ingin mengulik tentang cobaan, tapi berbagi hasil bincang IPers Komunitas Padang tentang bahagia ditengah pandemi. Nah, ternyata masih bisa menciptakan bahagia 'kan meski harus selalu di dalam rumah?

Seperti buibu ini.

"Pandemi ini jadi semacam pembenaran untuk sisi introvertku. Aku malah merasa nyaman."

Ayo, siapa yang merasa introvert? Apa iya merasa seperti bunda tersebut? Tapi kalau anak-anak berada di rumah seharian, bukannya sisi introvert seorang ibu menghilang, ya?

Haghaghag.

Namun sekalipun jiwa seorang tersebut introvert, ada kala keinginannya untuk sekedar cuci mata, menghirup udara lepas, atau memanjakan mata.

Seperti bunda satu ini.

"Aku merasa merdeka karena punya alasan buat di rumah aja," kata bunda yang sering malas jalan-jalan, atau kumpul-kumpul, meski cuma duduk di mobil.

Tetapi teranyata beliau rindu juga ingin menghadiri langsung seminar-seminar. "Bisa sih, mengikuti webinar tapi tidak efektif. Kalau seminar offline 'kan bisa fokus," jelasnya lebih lanjut.


Apa lagi yang membuat para ibu bahagia semenjak pandemi?

"Aku sangaaaat bahagiaaaa pas pandemi ini, karenaaa suamiku jadi alim bangeeeet."

Alhamdulillah wa syukurillah, ya Bunda :D

Selain suami, rasanya diri sendiri juga semakin ingin mendekatkan diri pada Sang Pencipta tidak, sih? Perasaan yang kali ini sering was-was saat berada di luar rumah, sadar tidak sadar kita selalu berdoa semoga selalu dalam lindungan-Nya.

Lalu disambung oleh IPers lain, "Suamiku juga jadi mau bantuin tugas rumah, padahal sebelumnya gak pernah. Lebih peka gitu."

Hikmah lain dari pandemi lebih menghangatkan hubungan antara suami dan istri. Juga ... semakin cerewetnya sang ibu, hihihi.

Tidak hanya berdampak bagi suami dan anak, untuk diri sendiri pun terasa banget efek lock down. Seperti IPers satu ini, doi bahagia lebih punya waktu untuk lebih mengenal diri sendiri. Jadi semangat untuk memenej waktu dan mencari potensi diri.

Benar juga. Jika semua dilakukan dari rumah, tentunya yang paling sibuk itu jaringan internet. Nah, sibuk di online tidak boleh lengah pada kegiatan offline. Tetap lebih penting 'kan ya, yang ada di dunia nyata?

Baru juga ditulis di atas, ada lagi yang nyeletuk, "Untuk SFH saya agak bertanduk, hahaha."

"Kadang aku berubah menjadi naga, lho," celetuk Bunda yang lain.

Lebih horor lagi 👻

Nah, saran salah satu bunda yang jam terbangnya sudah tinggi menghadapi belajar dari rumah, begini nih.


Dari aku sendiri, menghadapi BDR-nya Uda, harus dimulai pagi. Sebelumnya harus sudah sarapan dan mandi. Ya ... seperti berangkat sekolah biasanya. Tetapi kalau di sekolah waktu istirahat hanya sekali, di rumah si Murid minta istirahat berkali-kali.

Namun jika belajar sudah lewat jam 9 dimulai, bakalan sampai sore baru selesaj mengerjakan tugas. Ini Uda baru kelas satu SD ya, Moms.

Apapun kegiatan kita sebagai seorang istri dan ibu di rumah, bisa menjadi sebuah kebahagiaan jika hati ikhlas mengerjakannya. Seperti ustadz Firanda katakan, "Ikhlas adalah sumber kebahagiaan."

Kebahagiaan itu mesti dicari, diciptakan, jangan berharap diberi. You can do it, Moms!

Insyaallah.

Semoga bermanfaat :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

.sungai jambu.

apa yang terfikirkan oleh mu jika membaca judul HARAKA kali ini? kelamaan mikirnya, baca aja cerita HARAKA kali ini tentang "Desa ku yang Permai" hahaha... Sungai Jambu adalah sebuah nama nagari di Batu Sangkar. nagari ini terletak di pinggang gunung Marapi [ketinggian ±700 meter dari permukaan laut] , kecamatan Pariangan, Sumatera Barat. nagari yang sungguh menakjubkan, yakin de siapa pun yang pernah ke sana tak akan pernah bosan dengan alamnya, eksotis banget, Subhanallah sangat [terkagum-kagum]. Sungai Jambu termasuk nagari tertua di Sumatera Barat, dialiri oleh 3 batang sungai dan dilatar belakangi oleh Gunung Marapi . bagaimana zee bisa kenal dengan desa ini? jawabannya adalaaaaahh... taraaaaa... [dasar zee stres] itu kampung halaman zee, hehe... di desa ini mama tercinta dilahirkan dan dibesarkan. nah, bagi yang suka narsis, sampe capek silahkan berfutu-futu ria, tak kan pernah puas. zee aja setiap pulkam ga pernah puas berfutu-futu [ntah apa karna futu grafernya y

ku persembahkan untuk...

Alhamdulillahirabbilalamin... akhirnya zii terbebas juga dari kertas-kertas bermasalah [istilah skripsi oleh 2 sobat maya..] mau pamer halaman persembahan ni ceritanya, reading-reading aja yah :) “Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.  (QS. Lukman: 27) Alhamdulillahirrabil’alamin Sebuah langkah usai sudah Satu cita telah ku gapai Namun… Itu bukan akhir dari perjalanan Melainkan awal dari satu perjuangan Setulus hatimu mama, searif arahanmu papa Doamu hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan jalanku Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malam mu Dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju hari depan yang cerah Kini diriku telah selesai dalam studi sarjana Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah,

Reuni (POV Dezia)

Aku mengatakannya sebagai preman kampus tapi dia dikenal sebagai kapten. Rambut panjang sebahu, wajahnya seroman rambo, sangar tapi tampan. Tidak ada yang tidak mengenalnya, bahkan angkatan setelah dia lulus. Kata teman perempuannya sikap kapten Gema itu membuai tapi bangsat. Kata teman laki-lakinya Gema itu teman yang asik disegala suasana. Maka tak heran saat ini semua mata tertuju padanya yang berjenggot dan bercelana cingkrang, juga aku yang berniqab. Semua orang seakan tidak percaya pada apa yang dilihatnya. "Wess ... akhirnya Kapten kita hadir juga." Sapaan dari arah barat menghentikan langkah kami. Genggaman di tanganku terasa semakin erat saat langkah dibimbing Bang Gema ke arah panggilan tadi. Aku mengenal mereka sebagai teman dekat Abang selama kuliahnya. Sama-sama salah jalan. Dulu. Sindiran dan tawa menjadi pembuka saat kami sampai di sana. Beberapa kali tertangkap Abang melirik ke arahku. Aku tahu dia khawatir, aku bahkan lebih mengkhawatirkan hati kusendiri. Deg