Langsung ke konten utama

Berjumpa dengan Ar-Rafiq Al-A'la

Ketika dakwah telah sempurna, Islam telah menguasai keadaan, tanda-tanda perpisahan dengan kehidupan dan dengan orang-orang yang masih hidup, mulai terasa di dalam sanubari Rasulullah ﷺ.


***


Pada bulan Safar tahun 11 Hijriyah, Rasulullah ﷺ menghadiri penguburan jenazah seorang sahabat di Baqi'. Ketika dalam perjalanan pulang, Beliau merasakan pusing dan panas yang merambat ke sekujur tubuh. Sangat panas. Terbukti para sahabat merasakan hawa panas itu pada sorban yang Nabi pakai.


Itulah awal mula sakit yang dirasakan Nabi Muhammad ﷺ sebelum ajal menjemputnya.


Rasulullah ﷺ merasakan sakit selama lebih kurang 14 hari, semakin hari semakin berat. Sehingga, Beliau selalu bertanya, "Di mana giliranku besok?"


Para istri Rasulullah ﷺ memahami maksudnya, maka Beliau diizinkan untuk berada pada tempat yang dikehendakinya. Rasulullah ﷺ melangkahkan kakinya hingga memasuki bilik Aisyah. Beliau menghabiskan minggu terakhir dari detik-detik kehidupannya di sisi Aisyah.


Lima hari sebelum wafat, demam kembali menyerang seluruh tubuh Rasulullah ﷺ. Hingga, Beliau pingsan karena sakitnya yang semakin parah.


Saat Rasulullah ﷺ kembali sadar, beliau berkata, "Siramkanlah kepadaku tujuh gayung air yang berasal dari sumur yang berbeda-beda, sehingga aku bisa ke luar menemui para sahabat untuk menyampaikan amanat kepada mereka."


Setelah permintaan Rasulullah ﷺ dilaksanakan, keadaannya membaik. Beliau kembali melaksanakan shalat ke masjid. Begitu banyak amanat-amanat yang disampaikan kekasih Allah ini, diantaranya, "Janganlah kalian jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah." (Muwaththa Imam Malik hal. 65)


Pada saat itu juga, Rasulullah ﷺ menawarkan dirinya untuk diqishash (menerima balasan) dengan berkata, "Barangsiapa yang pernah aku pukul, ini punggungku, pukullah ia. Dan barangsiapa yang pernah aku hina harga dirinya, ini harga diriku, hinalah ia."


Selain itu, Rasulullah ﷺ juga memberikan amanat tentang utang piutang.


Empat hari sebelum Rasulullah ﷺ wafat, pada saat sakit terasa begitu lara, Beliau memanggil beberapa sahabat untuk kembali menyampaikan pesan. Ketika itu ada tiga perkara yang disampaikan Rasulullah ﷺ, yaitu berwasiat untuk mengeluarkan semua orang kafir dari Jazirah Arab. Berwasiat untuk memberikan penghargaan kepada para utusan. Sedangkan untuk wasiat yang ketiga, banyak pendapat, yaitu wasiat berpegang teguh kepada Al-Quran dan as-Sunnah, atau pengiriman tentara Usamah, atau berwasiat dalam sabda, "Jagalah shalat dan budak-budak kalian."


Walaupun sakit yang diderita Rasulullah ﷺ sangat parah, akan tetapi Beliau masih sempat menunaikan semua shalatnya berjamaah di masjid. Namun, pada waktu Isya, empat hari sebelum wafat, Rasulullah ﷺ tidak lagi bertenaga untuk shalat berjamaah ke masjid.


Aisyah berkata, "Rasulullah ﷺ bertanya, "Apakah orang-orang telah menunaikan shalat?" Kami menjawab, "Belum wahai Rasulullah, mereka menantimu." Beliau berkata lagi, "Siapkanlah untukku air di bejana.""


Setelahnya, Aisyah melaksanakan apa yang diminta Rasulullah ﷺ. Kemudian Beliau mandi, ketika hendak bangkit, beliau pingsan. Tak lama kemudian Rasulullah ﷺ sadar, lalu bertanya, "Apakah orang-orang telah menunaikan shalat?"


Maka, pada saat itu Rasulullah ﷺ mengulang mandinya, tetapi setelah itu kembali pingsan. Kejadian tersebut berulang hingga ketiga kalinya. Pada akhirnya, Rasulullah ﷺ memberi amanah agar Abu Bakar menjadi imam menggantikan Beliau.


Sehari sebelum Rasulullah ﷺ wafat, kondisi badan Beliau sedikit membaik. Rasulullah ﷺ memerdekakan semua budaknya, bersedakah dengan enam atau tujuh dinar yang dimilikinya, serta memberika senjata-senjatanya kepada kaum muslimin.


Malam harinya, Aisyah membawa lampu yang dimilikinya kepada tetangga, lalu berkata sambil memperlihatkan lampu tersebut. "Berikanlah kami sedikit minyak."


***


Pagi, sebelum ajal menjemput Rasulullah ﷺ. Saat Kekasih tercinta Allah ini telah merasakan hadirnya malaikat pencabut nyawa, Beliau menutupkan pakaiannya ke wajahnya, kemudian membukanya kembali. Lalu berkata, "Tidak boleh ada dua agama di bumi Arab ini." (Shahih al-Bukhari dan syarahnya al-Fath, 1/634 dan Thabaqat, 2/641)


Selanjutnya Rasulullah ﷺ berwasiat untuk semua manusia, "Jagalah shalat! Jagalah shalat! Dan budak-budak kalian, janganlah sesekali mengabaikannya." Beliau mengulang hingga beberapa kali.


Ini adalah perkataan dan wasiat terakhir Rasulullah ﷺ untuk manusia.


Detik-detik kematian telah tiba. Aisyah menyandarkan tubuh Rasulullah ﷺ kepadanya, lalu berkata, "Ini salah satu nikmat Allah kepadaku, bahwa Rasulullah ﷺ wafat di rumahku, di antara paru-paru dan tenggorokkanku. Bahkan, ludahku dan ludahnya menyatu pada saat akan kematiannya."


Pada waktu itu, Abdurrahman bin Abu Bakar masuk membawa sepotong siwak. Aisyah yang begitu perhatian pada Rasulullah ﷺ, menyadari ke mana tatapan Beliau mengarah. Aisyah tahu betul, bahwa Rasulullah ﷺ menyukai siwak.


"Mau aku ambilkan untukmu?" tanya Aisyah kepada Rasulullah ﷺ.


Beliau hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian, Aisyah memberikan siwak itu kepadanya. Namun, tampaknya siwak itu begitu keras bagi Rasulullah ﷺ. Istri Rasulullah ﷺ yang paling disayanginya itu kembali mengambil siwak tadi, lalu berkata, "Biar aku lunakkan untukmu."


Setelahnya, Rasulullah ﷺ menggosokkannya pada giginya. Itulah maksud perkataan Aisyah ludah yang menyatu.


Disebuah riwayat lain dikatakan, setelah bersiwak, Rasulullah ﷺ memasukkan kedua tangannya ke sebuah bejana berisi air, lalu mengusapkannya ke wajah, dan berkata, "La ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu mengalami sekarat." (Shahih al-Bukhari bab Maradhun Navi, 2/640)


Tak berapa lama selesai bersiwak, Rasulullah ﷺ mengangkat tangan atau jarinya, lalu menatap ke atap. Kedua bibirnya bergerak, "Bersama dengan orang-orang yang telah Engkau anugerahi rahmat, yaitu para nabi, ash-shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh. Ya Allah, ampunilah dan kasihanilah aku, pertemukan aku dengan ar-Rafiq al-A'la (para Nabi yang tinggal di 'Illiyyin yang paling tinggi)." (Shahih al-Bukhari bab Maradh an-Nabi, dan bab akhiru ma takallama an-Nabi ﷺ, 2/638-641)


Rasulullah ﷺ mengulangi kalimat yang terakhir selama tiga kali. Kemudian, tangannya miring dan beliau akhirnya berjumpa dengan ar-Rafiq al-A'la, Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.


Kejadian tersebut berlangsung pada saat Dhuha sedang panas terik, yaitu pada hari Senin 12 Rabi'ul Awwal tahun 11 Hijriyah. Usia Beliau saat itu 63 tahun lebih empat hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

.sungai jambu.

apa yang terfikirkan oleh mu jika membaca judul HARAKA kali ini? kelamaan mikirnya, baca aja cerita HARAKA kali ini tentang "Desa ku yang Permai" hahaha... Sungai Jambu adalah sebuah nama nagari di Batu Sangkar. nagari ini terletak di pinggang gunung Marapi [ketinggian ±700 meter dari permukaan laut] , kecamatan Pariangan, Sumatera Barat. nagari yang sungguh menakjubkan, yakin de siapa pun yang pernah ke sana tak akan pernah bosan dengan alamnya, eksotis banget, Subhanallah sangat [terkagum-kagum]. Sungai Jambu termasuk nagari tertua di Sumatera Barat, dialiri oleh 3 batang sungai dan dilatar belakangi oleh Gunung Marapi . bagaimana zee bisa kenal dengan desa ini? jawabannya adalaaaaahh... taraaaaa... [dasar zee stres] itu kampung halaman zee, hehe... di desa ini mama tercinta dilahirkan dan dibesarkan. nah, bagi yang suka narsis, sampe capek silahkan berfutu-futu ria, tak kan pernah puas. zee aja setiap pulkam ga pernah puas berfutu-futu [ntah apa karna futu grafernya y

ku persembahkan untuk...

Alhamdulillahirabbilalamin... akhirnya zii terbebas juga dari kertas-kertas bermasalah [istilah skripsi oleh 2 sobat maya..] mau pamer halaman persembahan ni ceritanya, reading-reading aja yah :) “Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.  (QS. Lukman: 27) Alhamdulillahirrabil’alamin Sebuah langkah usai sudah Satu cita telah ku gapai Namun… Itu bukan akhir dari perjalanan Melainkan awal dari satu perjuangan Setulus hatimu mama, searif arahanmu papa Doamu hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan jalanku Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malam mu Dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju hari depan yang cerah Kini diriku telah selesai dalam studi sarjana Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah,

Reuni (POV Dezia)

Aku mengatakannya sebagai preman kampus tapi dia dikenal sebagai kapten. Rambut panjang sebahu, wajahnya seroman rambo, sangar tapi tampan. Tidak ada yang tidak mengenalnya, bahkan angkatan setelah dia lulus. Kata teman perempuannya sikap kapten Gema itu membuai tapi bangsat. Kata teman laki-lakinya Gema itu teman yang asik disegala suasana. Maka tak heran saat ini semua mata tertuju padanya yang berjenggot dan bercelana cingkrang, juga aku yang berniqab. Semua orang seakan tidak percaya pada apa yang dilihatnya. "Wess ... akhirnya Kapten kita hadir juga." Sapaan dari arah barat menghentikan langkah kami. Genggaman di tanganku terasa semakin erat saat langkah dibimbing Bang Gema ke arah panggilan tadi. Aku mengenal mereka sebagai teman dekat Abang selama kuliahnya. Sama-sama salah jalan. Dulu. Sindiran dan tawa menjadi pembuka saat kami sampai di sana. Beberapa kali tertangkap Abang melirik ke arahku. Aku tahu dia khawatir, aku bahkan lebih mengkhawatirkan hati kusendiri. Deg