Langsung ke konten utama

.sungai jambu.

apa yang terfikirkan oleh mu jika membaca judul HARAKA kali ini?
kelamaan mikirnya, baca aja cerita HARAKA kali ini tentang "Desa ku yang Permai" hahaha...

Sungai Jambu adalah sebuah nama nagari di Batu Sangkar. nagari ini terletak di pinggang gunung Marapi [ketinggian ±700 meter dari permukaan laut], kecamatan Pariangan, Sumatera Barat. nagari yang sungguh menakjubkan, yakin de siapa pun yang pernah ke sana tak akan pernah bosan dengan alamnya, eksotis banget, Subhanallah sangat [terkagum-kagum]. Sungai Jambu termasuk nagari tertua di Sumatera Barat, dialiri oleh 3 batang sungai dan dilatar belakangi oleh Gunung Marapi.
bagaimana zee bisa kenal dengan desa ini? jawabannya adalaaaaahh... taraaaaa... [dasar zee stres] itu kampung halaman zee, hehe... di desa ini mama tercinta dilahirkan dan dibesarkan.
nah, bagi yang suka narsis, sampe capek silahkan berfutu-futu ria, tak kan pernah puas. zee aja setiap pulkam ga pernah puas berfutu-futu [ntah apa karna futu grafernya yang ga handal atau ntah karna objek orangnya yang mang ga ok][pasti futugrafernya, masa' iya orangnya :p]

puncak Marapi terlihat jelas dari nagari Sungai Jambu
Marapi
 
asal usul nama Sungai Jambu itu sendiri sih zee juga ga tau, ditanya mama jawaban mama "hMm mungkin dulu di sungai sana ada jambu". yahh mama, siapa pun juga bisa berpikir begitu (-_-)'
tapi ada kisah horor juga tentang Sungai Jambu ini, cerita turun temurun katanya sih ada yang "jagain" Sungai Jambu ne [sumber cerita dari sang buyut
awal cerita, sepasang suami istri yang datang merantau ke nagari Sungai Jambu ini meminta pekerjaan apa pun yang bisa mereka kerjakan. mata pencaharian penduduk nagari ini pada umumnya adalah bertani dan berladang, maka pada waktu itu mereka diberi pekerjaan untuk mengelola sawah milik penduduk setempat.
pada suatu hari [klimaks cerita ne], hujan deras mengguyur nagari ini, maka suami istri ini berteduh dibawah dangau (=pondok di tengah sawah). selagi menunggu makanan yang biasa diantar datang, suatu hal yang aneh terjadi pada diri mereka. sang suami merasakan gatal yang sangat di kepalanya, setelah dilihat oleh sang istri, ternyata sebentuk mata melekat dikulit kepalanya. sang istri mencoba untuk membuang namun makin lama makin banyak, tidak lama kemudian hal yang sama juga dirasakan sang istri. saat dilihat oleh sang suami ternyata kutu, hahaha...
ga dink, hal yang sama terjadi juga dikepala sang istri. entah dari mana datangnya butiran-butiran mata itu, yang pasti tidak lama kemudian mereka dipanggil oleh Sang Illahi. tapi sebelum mereka meninggal dunia, mereka sempat bertemu dengan yang biasa mengantarkan makanan dan mereka pun sempat berpesan, "tolong jaga Sungai Jambu, terutama mereka suku Caniago 11"
kabarnya, sepasang suami istri tadi menjelma jadi penjaganya Sungai Jambu, namanya bagi orang Sungai Jambu "inyiak kubuatopi" [merinding].
dan kabarnya lagi, setiap orang suku Caniogo 11, kemanapun mereka merantau akan diikuti oleh keturunan inyiak ini. setelah cerita buyut selasai, kakak sepupu zee menyela, "untuang wak ndak Caniago 11" katanya sambil tersenyum lebar. "Caniago 11 tu keluarga awak sayang" jawab Iyay (panggilan buyut kami) [GLEKK... pucat pasi, merapat] :#
"jangan percaya juga jangan takabur, semua tergantung sikap kita terhadap alam. makanya jangan lupa shalat juga mengaji, Insyaallah kita selalu dilindungi Allah" pesan Iyay lagi [translet dari bahasa Minang]

daerah inyiak kubuatopi

seram tapi terkesan romantis [pohon membuat gambar hati]


itu sedikit cerita tentang nagari Sungai Jambu, dan ini sedikit futu-futu gambaran nagari Sungai Jambu

sengkedan mempercantik nagari Sungai Jambu

jalan kecil berliku menelusuri Sungai Jambu

rumah kecil kami yang dicinta

bukit barisan terlihat jelas

langit pagi di Sungai Jambu

pulang maraton bersama sanak saudara

sunrise @Sungai Jambu

lebih tinggi dari Marapi dink :D

duduk di pematang sawah

diantara para jerami [look @d'sky]

Komentar

  1. Sungai Jambu di jepret dari sudut manapun, dengan jenis camera apapun, dengan yang baru pegang camera pun,dari subuh sampai sore, tetap selalu amazing hasilnya

    BalasHapus
  2. jadi kangen dengan sungai jambu,,,,,
    pict nya bagus,,,terimakasih...

    BalasHapus
  3. oya, sering2 upload fotonya sungai jambu ya sist,,,hehehe ^_^

    BalasHapus
  4. pulang ka sungai jambu, lai buliah?

    BalasHapus
  5. Kapan baLik Ke sungai Jambu Kakak..??

    BalasHapus

Posting Komentar

Komentar darimu membangun Imajinasiku

Postingan populer dari blog ini

ku persembahkan untuk...

Alhamdulillahirabbilalamin... akhirnya zii terbebas juga dari kertas-kertas bermasalah [istilah skripsi oleh 2 sobat maya..] mau pamer halaman persembahan ni ceritanya, reading-reading aja yah :) “Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.  (QS. Lukman: 27) Alhamdulillahirrabil’alamin Sebuah langkah usai sudah Satu cita telah ku gapai Namun… Itu bukan akhir dari perjalanan Melainkan awal dari satu perjuangan Setulus hatimu mama, searif arahanmu papa Doamu hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan jalanku Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malam mu Dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju hari depan yang cerah Kini diriku telah selesai dalam studi sarjana Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah,

Reuni (POV Dezia)

Aku mengatakannya sebagai preman kampus tapi dia dikenal sebagai kapten. Rambut panjang sebahu, wajahnya seroman rambo, sangar tapi tampan. Tidak ada yang tidak mengenalnya, bahkan angkatan setelah dia lulus. Kata teman perempuannya sikap kapten Gema itu membuai tapi bangsat. Kata teman laki-lakinya Gema itu teman yang asik disegala suasana. Maka tak heran saat ini semua mata tertuju padanya yang berjenggot dan bercelana cingkrang, juga aku yang berniqab. Semua orang seakan tidak percaya pada apa yang dilihatnya. "Wess ... akhirnya Kapten kita hadir juga." Sapaan dari arah barat menghentikan langkah kami. Genggaman di tanganku terasa semakin erat saat langkah dibimbing Bang Gema ke arah panggilan tadi. Aku mengenal mereka sebagai teman dekat Abang selama kuliahnya. Sama-sama salah jalan. Dulu. Sindiran dan tawa menjadi pembuka saat kami sampai di sana. Beberapa kali tertangkap Abang melirik ke arahku. Aku tahu dia khawatir, aku bahkan lebih mengkhawatirkan hati kusendiri. Deg